Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, menegaskan para kyai dan ulama turut berperan aktif berjuang merebut kemerdekaan Indonesia. Dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tidak bersifat kedaerahan dan tidak terjadi di suatu tempat saja melainkan di seluruh wilayah Indonesia. Sejarah tidak bisa dipisahkan antara ulama, santri dan TNI dalam peristiwa 17 Agustus 1945, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
“Bangsa Indonesia merdeka karena peran aktif Kyai dan Ulama bersama-sama dengan umat agama lain, berbagai macam suku berjuang bersama-sama, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang hebat dalam meraih kemerdekaan,” kata Panglima TNI saat hadiri acara Haul Al-Marhumin Sesepuhan Warga Pondok Buntet, di Desa Mertapada Kulon, Astanajapura, Cirebon, Jawa Barat, pekan kemarin.
Dalam acara tersebut, Panglima TNI didampingi Kasad Jenderal TNI Mulyono, Kapuspen TNI Mayjen TNI Wuryanto, Kapusbintal TNI dan Pengasuh Ponpes Buntet KH Anas Arsyad serta dihadiri 10.000 Santri Pondok Pesantren Buntet.
Menurut Panglima, perjuangan para ulama dan TNI dipimpin Jenderal Sudirman tak bisa terlepas dari para Kyai dan para Ulama serta Santri. Kini, bangsa Indonesia sudah mulai membentuk kelompok-kelompok, merasa hebat sendiri, dan merasa paling mendirikan bangsa ini.
“Hal inilah yang harus kita waspadai, adanya kelompok yang paling merasa benar, paling hebat, tidak seperti ulama yang bersatu padu bersama agama lainnya dan bangkit pada saat bangsa membutuhkannya,” tegas lulusan Akabri 1982 ini.
Dalam mengisi kemerdekaan dan mempertahankan NKRI agar tetap berdiri teguh dan tidak membedakan agama satu dengan yang lainnya. “Negara Indonesia adalah mayoritas beragama Islam yang benar-benar demokrasi dalam mengajarkan kebaikan,” ujarnya.
Santri dan Ulama memiliki peran yang sangat penting dalam merebut kemerdekaan Indonesia, bersama komponen bangsa lainnya, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang hebat hingga saat ini. (Mrz)