Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) ikut menyayangkan dan mengecam kekerasan yang dilakukan aparat keamanan Republik Rakyat China (RRC) terhadap dua wartawan Republik Korea yang sedang bertugas meliput kunjungan Presiden Moon Jae-in ke Beijing.
Kedua pewarta foto Korea Selatan itu dipukul hingga jatuh dan terluka di arena pameran perdagangan yang dihadiri Moon Jae-in sebelum Presiden Moon bertemu Presiden Xi Jinping.
Salah seorang korban kekerasan dipulangkan hari ini, sementara seorang lagi akan kembali besok. Berita pemukulan itu menjadi berita utama di berbagai stasiun televisi Korea. Foto yang memperlihatkan salah seorang korban, Lee Chungwoo, terjatuh, menghiasi halaman muka koran-koran Korea Selatan.
“Kejadian ini patut kita sesalkan. Semua pihak, termasuk aparat keamanan China mestinya bisa menghormati wartawan yang sedang menjalankan tugas. Apalagi mereka merupakan rombongan resmi pemerintah,” ujar Sekjen PWI Hendry Ch. Bangun dalam pertemuan dengan Presiden Asosiasi Wartawan Korea (AWK) Jung Kyusung di Hotel Presiden, Seoul, Jumat pagi (15/12).
Presiden AWK Jung Kyungsung mengucapkan terima kasih atas simpati yang diperlihatkan PWI.
“Kami akan memberikan bantuan maksimal kepada kedua korban,” katanya.
Hendry dan sejumlah pimpinan PWI dari berbagai provinsi sedang berada di Korea Selatan dalam rangka kunjungan persahabatan kerjasama PWI dan AWK.
Kabar mengenai kekerasan yang dialami wartawan Korea Selatan itu telah disampaikan Wakil Presiden AWK Choi Woosuk dalam jamuan makan malam menyambut delegasi PWI, Kamis malam (14/12). Menurutnya, masyarakat pers Korea Selatan menganggap kejadian ini sebagai tindakan yang tidak bersahabat dari China.
Selain kekerasaan yang dilakukan aparat keamanan ini, ada beberapa kejadian lagi yang tidak mengenakan selama kunjungan Moon Jaein ke China. Misalnya, tidak ada penjemputan di bandara yang memadai saat Moonjaein tiba. Juga, Moon Jaein dibiarkan makan pagi dan makan siang tanpa didampingi pejabat tinggi China.
“Bagaimanapun ini adalah kunjungan resmi kenegaraan. Tapi sambutan yang seperti ini kurang memperlihatkan sikap persahabatan,” ujar Choi Woosuk.
Sementara Ketua bidang Luar Negeri PWI yang juga dosen kawasan Asia Timur di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Teguh Santosa, menilai aksi kekerasan yang dilakukan aparat keamanan China terhadap dua wartawan Korea bisa memperburuk hubungan kedua negara.
Hubungan Korea dan China bergerak ke arah yang tidak harmonis setelah Korea Selatan mengizinkan Amerika Serikat menempatkan sistem pertahanan Terminal High Altitute Area Defense (THAAD) yang disebutkan untuk mencegah serangan Republik Rakyat Demokratik Korea.
Adapun China menilai kehadiran THAAD berpotensi mengancam keamanan negara itu.
Sebagai bentuk protes, China menutup puluhan toko Lotte dan melarang grup wisata Korea Selatan mengunjungi China juga melarang konser K-Pop di negeri panda.
“Harus ada peredaan ketegangan di antara China dan Korea. Kedua negara dan masyarakat perlu mengembalikan suasana persahabatan seperti sebelumnya,” demikian Teguh Santosa.
Anggota delegasi lainnya dalam kunjungan PWI ini adalah Ketua PWI DIY, Sihono, Ketua PWI Sumut Hermansyah, Ketua PWI Jambi Saman, Ketua PWI Solo, Anas, Ketua PWI Sulbar Naskha Naban, Ketua PWI Kalbar Gusti Yusri, Sekum PWI Kepri Saibansyah, dan Sekum PWI Sulsel Anwar Sanusi. (Ed)