Berita
Menhan: Ancaman Nyata Mengusik Sistem Pertahanan Negara
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menjadi keynote speech pada acara Pembukaan Data Focus Conference 2018 oleh Kedutaan Besar Kroasia di Indonesia, Senin (5/3/18), di Hotel Borobudur, Jakarta.
Menurut Menhan Ryamizard, dalam bidang pertahanan saat ini kita semua menghadapi berbagai persoalan menyangkut security, stability dan humanity affairs baik human security maupun human welfare.
Maka, diperlukan upaya bersama untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut melalui melalui pendalaman penelitian dan pengembangan dalam Ilmu Pengetahuan Pertahananan (defense science).
Menhan Ryamizard melanjutkan, dinamika perkembangan lingkungan strategis baik Global, Regional maupun Nasional dewasa ini telah mengisyaratkan terjadinya evolusi tantangan menjadi potensi ancaman strategis terhadap kedaulatan negara dan keselamatan bangsa dan akan semakin berkembang menjadi bersifat multidimensional, fisik dan nonfisik, serta berasal dari luar dan dari dalam negeri.
“Berdasarkan Persepsi dan Analisa perkembangan lingkungan Strategis tersebut, kemudian saya telah menggolongkan potensi ancaman terhadap NKRI menjadi dua dimensi ancaman utama, yakni ancaman belum nyata dan ancaman sangat nyata,” ujar Menhan.
Ancaman belum nyata, kata Menhan, yaitu ancaman perang terbuka antar negara yang masih kecil kemungkinannya terjadi. Sedangkan ancaman yang sangat nyata adalah yang sedang dan kemungkinan dapat dialami oleh negara-negara kawasan, baik secara sendiri-sendiri atau yang bersifat lintas negara.
Ancaman nyata itu, lanjut Menhan, diantaranya adalah ancaman terorisme dan radikalisme, separatisme dan pemberontakan bersenjata, bencana alam dan lingkungan, pelanggaran wilayah perbatasan, perompakan dan pncurian Sumber Daya Alam, wabah penyakit, perang siber dan Intelligen serta peredaran dan penyalahgunaan Narkoba.
Seluruh dimensi ancaman tersebut, kata Menhan, pada eskalasi tertentu sangat berpotensi mengusik sistem pertahanan suatu negara. Dan ketika ancaman sudah bersifat lintas negara, maka dipastikan berpengaruh pada stabilitas keamanan nsional, regional hingga internasional.
“Apa yang kita saksikan bersama pada saat ini, bahwa ancaman-ancaman tersebut sebagian besar telah nyata terjadi dan dialami oleh negara-negara di berbagai belahan dunia termasuk negara-negara di kawasan Asia Pasifik ini,” ucap Menhan.
Menhan mengatakan, ancaman yang nyata pada saat ini dan memerlukan perhatian yang serius adalah adalah ancaman nyata terorisme, ancaman cyber dan Narkoba. Ancaman-ancaman tersebut bersifat lintas negara berskala regional maupun global sehingga diperlukan penanganan secara kolektif dan tindakan bersama-sama sehingga untuk menghadapinya harus melalui kolaborasi kapabilitas dan interaksi antar negara.
Menhan Ryamizard melanjutkan, ancaman cyber merupakan bagian dari perang asimetris yang tidak terhindarkan, sebagai akibat dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, eskalasi serangan dan ancaman keamanan internet kian meningkat dan beragam jenisnya.
Ia menambahkan, motif serangan cyber menjadi semakin beragam, mulai dari faktor ekonomi hingga kebutuhan eksistensi suatu kelompok. Pelaku serangan cyber tidak sekadar menandai, membaca, dan mengkopi situs sasaran, tetapi juga mengubah data, melakukan propaganda, maupun hal-hal lain yang dapat merusak infrastruktur kritis suatu negara.
Di Indonesia sendiri, lanjutnya, Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII) mencatat serangan cyber mencapai angka 205,502,159 pada tahun 2017 dan diperkirakan dapat meningkat pada tahun 2018. Dari jumlah serangan tersebut, tercatat bahwa situs-situs pemerintah menjadi target serangan tertinggi. Kondisi inilah yang tentunya perlu mendapat perhatian kita bersama.
Ditambahkannya lagi, saat ini di Indonesia, penggunaan internet terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017, tercatat pengguna internet di Indonesia diperkirakan berjumlah 143,26 juta orang. Pengguna internet sebanyak itu sudah tentu memerlukan adanya perlindungan mengingat sifat dunia cyber yang sangat rentan dari berbagai ancaman.
Turut hadir pada acara tersebut diantaranya Dirjen Kuathan Kemhan Mayjen TNI Bambang Hartawan, Dirjen Pothan Kemhan, Rektor Gunadarma, Dubes Kroasia, Kapusdatin Kemhan Marsma TNI Yusuf Jauhari, Karo TU Setjen Kemhan. (MRZ)
