Wakil Presiden Jusuf Kalla membuka Indo Defence 2018 Expo and Forum. Wapres Jusuf Kalla didampingi Menhan Ryamizard Ryacudu berkesempatan meninjau Tank Harimau (Tank Combatan) di stand PT Pindad, di JIEXPO, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (7/11/18).
Medium tank bernama “Harimau tersebut, sudah dilakukan uji daya gempur yang meliputi firing test atau uji tembak pada 27 Agustus 2018 di Pusat Pendidikan Infanteri (Pusdikif) TNI AD Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa-Barat. Rangkaian uji ini merupakan kegiatan sertifikasi yang dilaksanakan oleh Dislitbangad untuk mengetahui kemampuan daya gempur Medium Tank dalam kondisi baik, memenuhi persyaratan dan spesifikasi desain.
Uji daya gempur atau Firing Test ini dilakukan untuk menguji fungsi penembakan dari turret 105 mm yang merupakan senjata utama Medium Tank yang memiliki daya hancur besar. Turret Medium Tank dipersenjatai dengan canon kaliber 105 mm yang mampu menembakkan berbagai tipe munisi kaliber 105 mm.
“Uji daya gempur dilakukan pada saat tank statis dan saat kondisi bergerak. Uji ini juga bertujuan untuk menunjukan kemampuan lock on pada satu titik sementara tank bergerak, kemampuan tembak tank dalam kondisi statis dari semua sisi serta kemampuan tembak tank pada sasaran tetap dalam kondisi tank bergerak,” beber Sekretaris Perusahaan PT Pindad, Tuning Rudyati dalam siaran persnya, Senin (27/8/18) yang diterima tangerangonline.id.
Ia mengatakan, uji tembak atau firing test dilakukan dalam beberapa sesi. Sesi tembak pertama untuk menembak sasaran jaring pada titik-titik tertentu dengan tipe munisi TPCSDS-T. Sesi kedua akan menembak sasaran plat dengan tipe munisi HEP-T untuk simulasi kemampuan menggempur rantis.
Menurut Tuning, rangkaian uji ini merupakan kegiatan sertifikasi yang dilaksanakan oleh Dislitbangad.
Sebelumnya Medium Tank telah melalui mine blast test atau uji ketahanan atas ledak ranjau dengan hasil yang memuaskan pada 12 dan 14 Juli 2018, serta uji mobilitas dan performa pada 7 – 16 Agustus 2018.
Dikatakan, Pindad telah menyelesaikan proses pengembangan Medium Tank mulai dari proses desain sampai dengan prototyping yang dibangun di Indonesia oleh anak bangsa.
“Kehadiran Medium Tank merupakan bukti bahwa industri pertahanan dalam negeri mampu untuk menghasilkan produk inovatif berteknologi tinggi dalam mendukung kemandirian alutsista menjaga kedaulatan NKRI,” kata Tuning.
Ia menambahkan, Medium Tank merupakan program panjang dalam membangun penguasaan teknologi menuju kemandirian alutsista dalam negeri. Medium Tank termasuk pada 7 program pengembangan strategis pemerintah untuk meningkatkan kemampuan BUMNIS agar dapat bersaing dengan industri pertahanan luar negeri.
Sementara itu, Windhu Paramarta, Manajer Pengembangan Kendaraan Khusus PT Pindad, mengatakan, tank Harimau ini adalah program kerjasama pemerintah Indonesia dengan Turki melalui Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dengan Kementerian Pertahanan Turki dari hasil kerjasama pertahanan.
Dari kerjasama tersebut, kata Windhu, kedua negara membahas tentang beberapa hal yang dapat dikembangkan bersama dalam dunia pertahanan, diantaranya kendaraan tempur, roket, dan alat komunikasi.
“Kebetulan PT Pindad memegang program pengembangan untuk medium tank, sementara dari Turki menunjuk FNSS,” kata Windhu Paramarta, saat ditemui di stand PT Pindad pada ajang Indo Defence 2018 Expo and Forum, Rabu (7/11/18).
Menurutnya, Kementerian Pertahanan Turki menunjuk FNSS sebagai sebuah perusahaan yang berkompeten dalam menangani pembangunan tank tersebut. Berangkat dari hal tersebut, Pindad dan FNSS yang belum pernah membangun tank kombatan mulai membangun tank tersebut, sesuai dengan spesifikasi teknis kebutuhan TNI dari Indonesia.
“Pindad pernah membangun Tank Anoa, sementara FNSS pernah membangun infanteri fighting falcon. Jadi mereka benar-benar membantu untuk sama-sama mengembangkan kendaraan tank ini,” ujar Windhu.
Kemudian, lanjutnya, pada tahun 2015, mulai berlangsung tahap desain tank yang berlanjut pada tahap enginering di tahun 2016. Sehingga semua dikerjakan secara detail dengan memantapkan beberapa produksi, dan di tahun 2017 sudah keluar hasil produksi tank tersebut
“Sehingga tank tersebut benar-benar 1,5 tahun dirancang dari nol, bagaimana spesifikasinya, dikerjakan bersama TNI dan dapat digunakan di HUT TNI Ke-72 di Cilegon, Banten, tahun lalu,” ucap Windhu.
Ia melanjutkan, masuk ke dalam tahap produksi, pertama Pindad melakukan test terlebih dahulu, dengan main blast test, untuk membuktikan kemampuan tank tersebut sebanyak dua kali. Test dilakukan di Turki, untuk melihat kemampuan engineeringnya, apakah sudah sesuai dengan kemampuan pertahanan tank terhadap ancaman ranjau.
“Standar yang digunakan adalah standar 45-69 terkait standar pertahanan balistik dan ranjau,” katanya.
Selain itu, kata Windhu, juga dilakukan serangkaian test untuk melihat sejauhmana efek manusia yang mengawaki tank tersebut. Lalu, berangkat dari situ, Pindad memiliki standar level proteksi sampai dengan level 5 dan standar yang dipakai saat ini baru sampai level 4, karena sesuai dengan budget pengembannya.
Untuk Turret, ia menambahkan, Pindad dibantu dari CMI dari Belgia dengan caliber 105 mm yang memiliki kemampuan efektif mencapai 2,5 kilometer. Sedangkan untuk kemampuan penginderaan atau obeservasi, tank harimau mampu mencapai 10 kilometer.
“Dalam jarak 8 kilometer penginderaan dapat memverifikasi target dengan menyaring obyek hasil penginderaan , apakah itu kendaraan tempur atau bukan,” jelasnya.
Dengan jarak 2,5 kilometer dengan hunter killer sang komandan dapat memasukkan target ke sebuah system untuk dilakukan penembakan. Semua itu dilakukan dengan secara otomatis, begitu pula dengan peluru yang ditembakkan disesuaikan dengan target sasaran, secara otomatis dapat dipilih.
Hal yang membedakan tank ini dengan tank-tank lainnya, kata Windhu, adalah tank harimau ini benar-benar di rancang untuk tank kombatan, bukan dikembangkan dari platform tank sebelumnya. Artinya memang nantinya akan digunakan untuk pakem pertempuran yang akan digunakan oleh pengguna untuk melawan tank yang sejenis dengan mengikuti teknologi masa kini.
Untuk bahan baku pembuatan tank, menurut Windhu, bahan baku dari dalam negeri akan kesulitan memenuhinya, karena tank ini dibuat dari bahan-bahan khusus yang membutuhkan investasi besar dibandingkan revenew-nya.
“Kalau mau 100 persen bahan baku dari dalam negeri, negara harus membiayainya. Seperti yang dilakukan Turki dimana membangun mesin hasil produksi dalam negeri, karena negara menanggung biaya tersebut. Dengan bekerjasama dengan Turki, kecil kemungkinan akan ada embargo. Karena sudah ada komitmen antara Indonesia dengan Turki,” tutup Windhu.
Sedianya, tank tersebut akan diresmikan penamaannya oleh Presiden Joko Widodo.(MRZ)