Beranda Berita Dindikbud Tangsel Aneh, Bayar EO Malah Numpang Aula Gratisan di Puspem

Dindikbud Tangsel Aneh, Bayar EO Malah Numpang Aula Gratisan di Puspem

0

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangsel, dinilai aneh. Pasalnya, event lomba menulis artikel situs cagar budaya, yang dihelat dinas tersebut masih numpang aula gratisan meski sudah menggelontorkan anggaran untuk salah satu Event Organizer (EO) yang enggan dibeberkan namanya.

Ya, kegiatan pada Rabu (16/10) itu diselenggarakan di Aula lantai 4 Ruang Blandongan, Pusat Pemerintahan (Puspem) Tangsel, Jalan Raya Maruga, Tangsel. Diketahui, setiap OPD yang menyelenggarakan giat di lokasi ini bebas dan tak harus mengeluarkan biaya sepeserpun.

Ketika dikonfirmasi terkait hal ini, baik pihak Dindikbud maupun penangungjawab acara mengaku tidak tahu nama EO yang menyelenggarakan acara ini, malah mereka terkesan menutupinya.

“Iya, kegiatan ini kita memang dipihakketigakan, pakai EO. Ini sudah kedua kalinya. Tapi nama EO nya saya kurang hafal ya. Kalau untuk anggaranya sih sedikit ya cuman Rp 80 jutaan,” ungkap Kabid Kebudayaan di Dindikbud Tangsel, Iis Nur Asih kepada wartawan disela kegiatan.

Ditanya lebih lanjut kenapa pihaknya kerap menggunakan jasa EO dalam berbagai kegiatan yang diadakan, Iis berdalih semata-mata untuk memaksimalkan acara saja.

“Karena SDM di kita itu masih kurang untuk kegiatan semacam ini. Jadi ya, kita pakai EO,” jelas Iis.

Setali tiga uang dengan Iis, dikonfirmasi di tempat sama, penanggungjawab konten acara, Sartika Dian juga enggan membeberkan nama EO ini. Dian malah terkesan sangat merahasiakanya.

“Acara ini kolaborasi aja, sebenarnya kami komunitas ya. Saya sendiri dari komunitas. Untuk EO nya partneran sama CV aku. Aku nggak tau anggarannya berapa, aku fokus sama kontennya aja. Pokoknya aku lebih ke konten aja,” jelas Dian.

Ditanya kembali nama EO acara itu, lagi-lagi Dian enggan menjawabnya. Dia malah mengaku tidak harus menjawb pertanyaan media soal ini.

“CV-nya punya teman, kontraknya sama dia. Kalau aku lebih ke konten acara ajam kenapa kita menggunakan ruang blandongan? Itu karena paling proper, paling bisa dipake gitu loh, kalau misalkan kita mau lomba pidato kan ini, artinya harus ada ruang yang bagus, kalau panggung di luar mungkin nggak sebagus dan semewah ini,” jelasnya.

Pejabat Pelaksana Teknis Kerja (PPTK) Ali Susanto pada kegiatan ini menjelaskan nilai kontrak dan alasan menggunakan ruang Blandongan. “Kenapa diadakan disini, karena artinya kita lebih cepat masuk komunikasi kita disini, jadi lebih cepat. Yang penting pelaksanaan,” bebernya.

Sementara itu, berdasarkan data DPA kegiatan itu yang dihimpun indopolitika.com, kegiatan yang dihadiri Wakil Walikota Tangsel Benyamin Davnie, Kepala Dindikbud Taryono, dan sejumlah narasumber, serta para peserta kegiatan dari unsur pelajar, mahasiswa dan umum ini, diketahui mata anggaran jasa penyelenggara acara atau Event Organizer (EO), alokasinya sebesar Rp 105.190.000 juta rupiah.

Event Memperkaya Literasi Cagar Budaya Generasi Millenial

Terlepas dari soal EO dan lokasi acara, giat itu merupakan lanjutkan dari Lawatan Sejarah Daerah (Laseda), beberapa waktu lalu. “Kegiatan ini digelar dengan tujuan dalam rangka membangun generasi Tangsel yang cerdas, berkarakter, berbasis pada budaya lokal,” kata Kepala Dindikbud Tangsel, Taryono dalam sambutanya.

“Disini para peserta menulis langsung dan bercerita dihadapan juri. Dengan harapan para generasi muda dapat mengenali dan memahami sejarah budaya daerahnya,” tambahnya.

Sementara, Wakil Walikota Tangsel Benyamin Davnie mengatakan menulis artikel situs cagar budaya akan menambah hasanah. Anak-anak sekarang bukan jadi anak milenial yang seluruh ruh nya dipenuhi oleh teknologi informasi, tetapi ruhnya harus diperkaya dengan budaya.

“Jika tidak mengenal budaya kita akan menjadi separuh robot. Budaya akan mengimbangi jalan pikir otak. Tidak semua fenomena dunia kita serahkan pada teknologi. Akal pikiran perlu dibantu oleh kebudayaan dan kesenian,” paparnya. (Ed)