Beranda Berita Sebanyak 7.189 Balita di Kabupaten Serang Menderita Stunting

Sebanyak 7.189 Balita di Kabupaten Serang Menderita Stunting

0

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang tengah fokus dalam pencegahan dan penanggulangan stunting. Di tahun 2020 tercatat sebanyak 7.189 anak balita berusia satu sampai dua tahun yang penderita stunting diwilayah Kabupaten Serang.

Perlu diketahui, stunting menjadi salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian serius semua pihak. Stunting adalah kondisi dimana tubuh manusia tak bisa tumbuh dan berkembang secara normal terutama untuk pertumbuhan anak – anak.

Selain menyerang kondisi pertumbuhan anak, dampak lain dari stunting akan menjadikan anak tersebut mudah terkena penyakit. Bahkan, yang paling parahnya, fungsi otaknya tidak bisa bekerja optimal.

Bupati Serang Tatu Chasanah mengatakan, persoalan stunting yang dialami anak balita bukan hanya berdampak pada bagian tubuhnya saja yang mengecil tetapi ini juga di otaknya.

“Ini sangat membahayakan untuk generasi penerus di Kabupaten Serang khususnya, kalau ini tidak ditangani dengan serius. Karena persoalan tingkat kecerdasan berarti untuk generasi kedepan,” katanya saat Rembug Stunting di salah satu hotel di Kecamatan Waringin Kurung Kamis (28/07).

Tatu menambahkan, penanganan stunting secara menyeluruh harus melibatkan semua OPD, camat, puskesmas, dan kepala desa yang ada di Kabupaten Serang. Menurutnya, dalam pencegahan atau penanganan tidak hanya dilakukan oleh dinas kesehatan, misalnya dengan memberi pemahaman kesadaran kepada masyarakat persoalan akan pentingnya kesehatan.

“Itu bukan hanya (tugas) Dinkes tapi seluruh stekholder seperti para kepala desa harus duduk bersama rembug menangani persoalan stunting ini. Dalam penanganannya tentunya perlu didukung dengan anggarannya, maka dalam rembug ini juga Bappeda hadir,”ujar Tatu.

Tatu menjelaskan, banyak faktor stunting yang dialami balita salah satunya kemungkinan wanita atau ibu hamil kurangnya asupan gizi yang kurang baik. Dengan demikian, faktor terjadinya stunting bukan hanya dari segi perekonomian yang kurang mampu bahkan sebaliknya pun bisa terjadi.

“Seperti anak gadis yang ingin langsing sehingga kurang asupan yang bergizi mereka menjadi anemia. Nah pemahaman ini harus masuk di sekolah tingkat SMA juga walalupun bukan kewenangan kita (pemda), agar mereka tahu perjalanan panjang terjadi stunting terhadap anak balita,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Dinkes Kabupaten Serang, dr Agus Sukmayadi mengatakan, bahwa dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting pihaknya akan terus memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat terutama para remaja putri dan keluarganya agar mengonsumsi pola asupan gizi yang baik.

“Itu yang pertama kami lakukan. Kemudian yang kedua pada saat mereka pra konsepsi atau pra nikah di informasikan kepada calon pengantin pada saat hamil 3 bulan akan kita lakukan pemeriksaan dengan menggunakan buku KIA,”katanya.

Agus menjelaskan, stunting merupakan permasalahan gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama atau kronis, terjadi sejak bayi dalam kandungan. ”

“Karena saat hamil sang ibu kurang mengonsumsi makanan bergizi,” ujarnya.

Agus berharap, agar stunting tidak meluas di Kabupaten Serang, Dinkes Kabupaten Serang akan berupaya melakukan pencegahan dan penanggulangan stunting difokuskan terhadap 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu sejak saat perkembangan janin di dalam kandungan hingga usia anak 2 tahun.

“Dinkes akan berupaya semaksimal melakukan pencegahan dan penanggulangan penyakit stunting ini salah satunya dengan memberikan edukasi gizi kepada ibu hamil,”harapnya. (Smn)