Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan (BBKK) Soekarno-Hatta tingkatkan pengawasan terhadap penumpang pesawat dari luar negeri.
Terlebih lagi bagi mereka yang memiliki riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit cacar monyet atau Monkeypox (MPOX).
Kepala BBKK Soekarno-Hatta, Naning Nugrahini mengatakan, seluruh penumpang atau pelaku perjalanan dari luar negeri diwajibkan mengisi SatuSehat Health Pass (SSHP) sebelum berangkat ke Indonesia.
BBKK Soekarno-Hatta mulai melakukan pemantauan terhadap isian dari penumpang (passenger) pada aplikasi SSHP saat masih di Bandara keberangkatan (origin).
“Itu nanti, dia (penumpang) mengisi (SSHP) dengan bandara tujuan misalnya di Soetta, nanti di dashboard kami sudah kelihatan status daripada passenger atau pelaku perjalanan tersebut,” kata Naning di Bandara Soetta, Tangerang, Senin (2/9/2024).
Naning menjelaskan, terdapat 4 penggolongan status isian penumpang di SSHP yaitu, 1. Merah adalah bergejala, 2. Orange adalah kontak erat dengan bergejala dan, 3. Kuning adalah pelaku perjalanan yang berasal dari negara terjangkit.
“Hijau adalah itu tidak 1,2, dan 3 tersebut,” ujarnya.
Petugas menjemput penumpang yang suspect ke dalam pesawat
Apabila ditemukan penumpang dengan status bergejala, kontak erat dengan bergejala atau berasal dari negara terjangkit, maka petugas BBKK berkoordinasi dengan ground handling untuk penanganan lebih lanjut.
“Jadi SOP-nya adalah, apabila ada (penumpang) yang bergejala, maka petugas BBKK akan boarding. Begitu pesawat mendarat, ada yang bergejala, petugas kami boarding (naik ke pesawat),” terang Naning.
Naning menjelaskan, penumpang yang diduga (suspect) bergejala akan diminta terlebih dahulu turun dari pesawat untuk pemeriksaan lebih lanjut di Pos Kesehatan. Seperti pengambilan sampel dengan metode swab.
“Untuk yang bergejala, di Pos Kesehatan oleh Dokter, itu dilakukan pemeriksaan kesehatan. Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan, dari situ nanti ada hasilnya apakah gejala yang ditimbulkan itu terkait MPOX atau tidak,” jelasnya.
“Kalau gejalanya itu adalah relate dengan MPOX maka dilakukan pengambilan speciment, yaitu swab. Kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium di mobil (Laboratorium Bergerak Surveilans) yang hasilnya keluar setelah 45 menit,” tambahnya.
Lanjut Naning, ketika dilakukan pemeriksaan laboratorium sampel menunjukkan positif MPOX, penumpang tersebut langsung dirujuk ke Rumah Sakit Pusat Infeksi Sulianti Suroso, Jakarta untuk penanganan lebih lanjut.
“Apabila suspect tadi setelah pemeriksaan laboratorium di Bandara dan positif, maka dibawa dirujuk ke Rumah Sakit Pusat Infeksi Suliati Saroso,” tuturnya.
Petugas temukan suspect MPOX
Sejak dilakukan pengetatan pengawasan penyebaran Monkeypox pada 29 Agustus 2024 lalu, petugas BBKK Soekarno-Hatta menemukan terduga (suspect) Monkeypox.
“Mulai dari tanggal 29 Agustus sampai sekarang, kita temukan 2 suspect. Kemudian dilakukan pemeriksaan oleh dokter setelah itu diambil swab, hasilnya negatif,” ungkap Naning. (Rmt)