Nasib kurang beruntung terpaksa harus dialami oleh sejumlah pedagang makanan di lokasi pembangunan gedung DPRD Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Alih-alih ingin mencari tambahan untung, justru yang didapat kerugian hingga mencapai puluhan juta rupiah lantaran para pekerja bangunan di gedung yang diperuntukan bagi para wakil rakyat ini, hengkang dari proyek pembangunan gedung dan hanya meninggalkan tumpukan hutang yang harus di tanggung pedagang.
Kiki (47) misalnya, pedagang nasi yang jauh sebelum dimulainya pembangunan gedung dewan yang baru ini mengalami kerugian Rp,18 juta. Menurutnya, para pekerja bangunan sehari-harinya makan dan ngopi di warung miliknya. Akan tetapi, tidak di bayar langsung melainkan dengan cara kasbon.
“Setiap dua minggu sekali mereka bayarnya. Awalnya lancar, namun makin kesininya pembayaran telat melulu,” kata Kiki di temui di warungnya, Selasa (2/3).
Penjual nasi yang biasa disapa ibu Kiki ini menjelaskan bahwa dirinya sudah berkali-kali menegur kepada mandor bangunan, akan tetapi jawaban yang ia terima tidak memuaskan. Dirinya hanya di janji-janjikan terus oleh mandor proyek pembangunan gedung DPRD Tangsel.
“Setiap saya tagih, di janjiin terus sama mandor, kata mandor besok hari Senin, pas Seninnya saya tagih lagi, Selasa besok saya bayar,” katanya menirukan ucapan mandor yang anak buahnya makan di warung miliknya itu.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, setiap dua minggu sekali catatan bon makan dan minum pekerja bangunan gedung dewan ini, diambil dari warungnya oleh mandor berinisial Y dan NP.
Menurutnya, bon tersebut di sampaikan kepada para pekerja bangunan untuk dilakukan pemotongan kasbon biaya makan. “Tapi ke warung ngak pernah di kasih. Saya ngak nerima pembayaran bon dari pekerja bangunan,” ungkapnya.
Adanya bon hutang yang dilakukan pekerja bangunan, lanjut ia, tak hanya dialami oleh Kiki. Wanita yang siang malam tinggal di warungnya ini juga mengatakan bahwa anaknya yang berjualan nasi di proyek pembangunan gedung dewan itu juga mengalami hal sama. Bahkan, lanjut Kiki, kerugian anaknya jauh lebih besar yakni mencapai Rp 50 juta lebih.
“Kita akan tuntut mandornya kalau bon anak buahnya tidak di bayar. Kamis besok juga saya akan ke DPRD untuk menanyakan masalah ini,” tandasnya.
Sementara Udi, pedagang nasi yang warungnya berada tak jauh dari kantor Organda Tangsel mengakui adanya bon yang belum dibayar mencapai Rp 50 juta. Bon hutang makanan oleh pekerja bangunan ini, terjadi sejak dua bulan lalu.
“Kalau disini ada Rp 50 juta bon hutang yang belum di bayar. Saya mau tagih mandornya sudah pada pergi, mau di tagih kemana,” kata Udi yang terlihat bingung.
Ia menjelaskan, adanya keterlibatan pembayaran bon makanan yang dilakukan pekerja proyek gedung dewan ini, terjadi akibat anggaran dari pusat belum cair.
“Saya dengar anggaran dari pusat belum cair. Jadi hutang di warung saya belum di bayar,” pungkasnya.
Pantauan di lokasi pembangunan gedung DPRD Kota Tangsel, nampak mulai terlihat sepi. Hanya ada beberapa pekerja yang masih lalu-lalang melakukan aktifitas namun itupun hanya sebatas merapihkan perlengkapan alat kerja. Sedangkan Crane yang yang sebelumnya sempat menghantam atap gedung kir milik Dishub Tangsel hingga jebol ini, kini sudah tidak lagi berdiri. (Dra)