Deden Juardi, nama yang pemiliknya sendiri pun tak tahu apa artinya. Dia hanya yakin nama tersebut pasti membawa kebaikan itu, karena merupakan pemberian dari kedua orangtuanya.
Baru setahun, Deden memimpin Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Deden merupakan sosok camat yang sigap dengan didukung oleh pengalaman matang birokrasi.
Saat dijumpai oleh tangerangonline.id, Deden bercerita dirinya menjabat sebagai camat di 3 kecamatan yang berbeda secara beruntun yaitu Kecamatan Ciputat, Ciputat Timur dan kini Pamulang.
Pria yang mengaku pernah bersekolah di Sekolah Dasar (SD) 01 Ciputat ini memiliki jiwa blusukan yang tinggi.
Menurutnya, seorang pemimpin tidak bisa hanya diam di kantor. Pemimpin harus memantau kondisi warga dan lingkungannya.
Deden menjadwalkan, setiap ba’da dzuhur, Dia harus keluar kantor dan menyambangi warganya, entah menyambangi posyandu, poskamling, bantaran kali, dan lain sebagainya. Baginya, pemimpin tidak akan bisa menyelesaikan masalah melalui surat dan tanda tangan di meja kantor saja.
Deden asli berdarah betawi lahir di Serua, Ciputat, Tangsel. Bisa dibilang, Deden merupakan pemimpin di tanah kelahirannya sendiri. Sebab Pamulang merupakan wilayah pemekaran dari Kecamatan Ciputat sebelumnya. Jadi Pamulang masih termasuk Ciputat juga, tempat lahirnya Deden.
Alumnus SMA N 1 Ciputat ini bercerita tentang plus minus menjadi pemimpin di tanah kelahirannya sendiri. Positifnya, pemimpin tersebut akan sangat lebih memiliki sense of belonging (rasa kepemilikan terhadap sesuatu) dan akan memunculkan sifat ikhlas dalam memajukan daerah tersebut.
Namun tidak enaknya, jika ada perintah penertiban wilayah baik untuk keperluan pelebaran jalan atau normalisasi kali dan lain-lain, maka Deden kerapkali harus berhadapan dengan saudaranya sendiri. Rupanya, sebagian warga yang dipimpinnya adalah sanak familinya sendiri. Namun Deden tidak pernah tebang pilih. Dia tidak membedakan mana saudaranya dan mana yang bukan, sehingga berhadapan dengan saudara sendiripun tidak akan melunturkan tugasnya sebagai camat.
Prinsipnya, program apapun akan berjalan dengan baik, sekalipun itu soal pembongkaran atau penertiban, asalkan ada komunikasi yang baik. Hal ini berlaku juga jika pihak yang bersangkutan ternyata sanak keluarganya sendiri. (Muf)