Hari Raya Nyepi adalah hari dirayakan umat Hindu ketika tahun baru Saka. Nyepi jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (9) atau kerap dipercaya sebagai hari penyucian para dewa-dewa di pusat samudera dan membawa intisari amerta air hidup.
Eko, seorang budayawan di Tangsel sekaligus pengurus Pura Parahyangan Jagat Guru, Nusaloka, BSD, Serpong menjelaskan tentang makna hari Raya Nyepi. Nyepi berasal dari kata sepi atau sunyi atau senyap. Nyepi juga perayaan untuk tahun baru untuk umat Hindu yang berdasarkan pada penanggalan atau kalender Caka yang telah dimulai sejak tahun 78 Masehi. Berbeda dengan tahun baru Masehi, tahun baru Saka untuk umat Hindu dimulai dengan cara menyepi.
“Pada hari ini ketika umat Hindu tidak akan melakukan aktivitas seperti biasa, seluruh aktivitas ditiadakan, tidak terkecuali pelayanan umum yang ada seperti Bandara International yang akan ditutup untuk Hari Raya Nyepi, namun tidak untuk layanan Rumah Sakit,” ujarnya, Selasa (28/3/2017).
Nyepi sendiri mempunyai tujuan serta makna yakni untuk memohon kepada Tuhan serta bermanfaat untuk mensucikan Bhuana Alit atau yang jika diartikan adalah alam manusia dengan Bhuana Agung atau yang mempunyai arti alam semesta.
“Biasanya sebelum pelaksaan hari tersebut, akan diadakan bermacam-macam rangkaian upacara yang dilakukan oleh umat Hindu,” utaranya.
Pada dua atau tiga hari sebelum Hari Raya Nyepi, para umat Hindu akan melaksanakan penyucian diri yang diawali dengan dilaksanakannya upacara Melasti atau yang sering disebut dengan melis atau mekiyis.
Pada upacara tersebut, beragam pesembahyangan yang ada di tempat suci berupa Pura umat Hindu akan dibawa ke pantai atau sebuah danau, hal ini karena laut atau danau dianggap sebagai sumber air suci atau tirta amerta yang dapat mensucikan hal – hal kotor yang ada pada manusia dan alam. Disusul dengan rangkaian acara yang lain.
“Tidak hanya di Bali, di daerah lain seperti Batam, Pekanbaru, Pontianak, Medan, Sragen dan masih banyak lagi juga melaksanakan hal yang sama untuk memperingati Hari Raya Nyepi yakni diadakan pawai ogoh-ogoh yang dimaksudkan untuk menolah segala macam roh jahat,” tukasnya. (Arf)