Lomba kolintang kategori pelajar se-Jabodetabek diselenggarakan dalam rangka memperingati HUT Sewindu Persatuan Insan Kolintang Indonesia (PINKAN) yang pada 27 Februari 2019. Penyelenggaraan lomba dilangsungkan di Kampus IBM ASMI pada 2 Maret 2019, di Jakarta.
Acara dimulai dengan sambutan dari Ketua Panitia, Sylvia Mogot dan kemudian sambutan Ketua Umum Pinkan Indonesia yang dibacakan oleh Ketua Harian Jopie Rory. Komunitas Pinkan terdiri dari pemain, pengrajin, pelatih dan pelestari Ansambel Musik Kolintang Kayu atau biasa disingkat AMKK Minahasa.
Delapan tahun bukanlah perjalanan yang singkat dengan dasar kesadaran dan sama rasa atas kecintaan pada seni budaya, khususnya AMKK Minahasa yang merupakan warisan tak benda dunia milik leluhur Indonesia, maka sejak awal hadirnya PINKAN Indonesia bertujuan mempertahankan, mempersatukan, melestarikan, dan menghadirkan AMKK di dalam negeri dan juga di luar negeri secara berkesinambungan dalam setiap momen dan kehidupan masyarakat.
Selain pengembangan dan pelestarian seni budaya AMKK dari Minahasa Utara , Pinkan Indonesia juga mengusung pengakuan internasional atas asal usul AMKK yang merupakan warisan tak benda di UNESCO yang telah mencapai puncaknya yakni nominasi akhir di Kemendikbud di Hotel Sari Pan Pasifik, pada 19 April 2018.
“Harapan saya agar segenap pengurus jajaran Pinkan di dalam dan luar negeri agar bersatu dan bersinergi melakukan berbagai upacara secara terorgansir, melakukan gerakan budaya dengan mengangkat seni budaya tradisional nusantara sebagai basis membangun jiwa dan semangat nasionalisme,” terang Penny Iriana Marsetio dalam keterangan tertulisnya, Kamis (21/03/2019) di Jakarta.
“Selain itu menjembatani hubungan antara pemerintah dengan masyarakat serta membantu pemerintah dengan memberikan masukan untuk pelestarian dan pengembangan AMKK,” tambah istri mantan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) ini.
Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana Lomba AMKK, Sylvia Mogot, mengatakan, kegiatan lomba ini bertujuan untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kolintang, menyediakan wadah dan kreatifitas serta edukasi kepada masyarakat. Sehingga bisa memberikan dampak yang positif kepada masyarakat yang berbudaya dan berkarakter.
“Karena perkembangan sosial budaya dan teknologi saat ini rentan dan mengancam punahnya budaya lokal. Karenanya, generasi muda dan para pelajar harus memiliki kekuatan dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan global,” ujar Sylvia Mogot.
Peserta yang mengikuti lomba ini sebanyak 14 group , yang terdiri dari lima grup tingkat Sekolah Dasar (SD), empat group setingkat SMP dan lima group dari tingkat SMA di berbagai sekolah di Jabodetabek. (MRZ)