Kepala Puskesmas Ciputat Timur, Adhy Purnawan dipertanyakan kinerjanya oleh pejabat kecamatan saat mengikuti forum Musrenbang Ciputat Timur, Kamis (3/3/2016).
Pihak Puskesmas disebut oleh salah satu peserta Musrenbang, tidak menjalankan tugas semestinya dalam menangani permasalah endemi Demam Berdarah Degue (DBD). Hal itu dilihat lantaran Puskesmas tidak melakukan fogging atau pengasapan nyamuk di seluruh penjuru permukiman wilayah Ciputat Timur. Namun setelah warga terkena DBD, baru dilakukan penangan.
Menanggapi tudingan itu, Adhy bergegas menampik. Menurutnya, program fogging sudah masuk program Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangsel dan bukan wewenang Puskesmas.
“Kami tidak mau tumpang tindih dalam tanggung jawab program. Ini adalah program dari dinas kesehatan, bukan tanggung jawab kami,” kata Adhy.
Ditegaskan Adhy, fogging itu tidak mudah dilakukan dan apalagi asal-asalan. Untuk melaksanakan fogging sudah ada aturannya. “Kami hanya menjalankan aturan, ketika ada kasus kami harus PE (penyelidikan epidemologi). Kalau ditemukan adanya nyamuk, kami harus menerima keterangan dari rumah sakit. Dari itu kami baru bisa meminta bahan fogging, karena kami hanya mempunyai alatnya saja,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, biaya operasional Puskesmas yang diterima hanya sebatas pemeliharaan, bukan pengadaan program dan juga mendapatkan dana BPJS KN.
Sementara terkait fogging, kegiatan itu masuk program P2M (pemberantasan penyakit menular) yang anggarannya tidak masuk dalam program Puskesmas Ciputat Timur.
Camat Ciputat Timur, Durahman meminta Puskesmas untuk mengadakan program fogging, kemudian meminta pihak kelurahan dan Puskesmas mengutamakan kepentingan masyarakat.
“Masyarakat lebih diutamakan untuk kesehatan. Dinas kesehatan pun sudah membuat program yang lengkap, tinggal mengajukan saja ke Dinkes untuk anggaran program itu, puskesmas dan kelurahan harus melayani masyarakat dengan baik. Fogging adalah kebutuhan masyarakat yang mendesak, kalau ditunda atau ditunggu-tunggu, yang ada terserang penyakit duluan,” imbuhnya. (Eno)