Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) akan mengkaji wacana penurunan tarif angkut. Sebagaimana atas intruksi presiden RI soal penurunan harga BBM harus diimbangi dengan penurunan tarif angkutan umum.
Ketua Organda Kota Tangsel, Yusron Siregar menjelaskan telah mendengar intruksi Presiden RI Jokowi Widodo harus ada penurunan tarif angkut. Untuk BBM Jenis premium turun dengan besaran Rp 500 rupiah perliter.
“Sudah kami dengar atas intruksi itu. Nanti akan kami bahas selanjutnya terkait wacana itu jika memang itu sudah menjadi kebijakan nasional,” katanya.
Penurunan BBM per 1 April, misalkan premium semula Rp 6.950 per liter jadi Rp 6.450. Untuk BBM jenis pertamax rata-rata penurunanya pada kisaran Rp 200 rupiah perliter. “Jika sekarang turun bisa jadi beberapa bulan kedepan ada kenaikan lagi. Ini yang sulit untuk melakukan penyesuaian. Itupun penurunanya belum signifikan hanya Rp 500 per liter,” tambahnya.
Ia menambahkan, penurunan tarif angkutan kisaran 3 persen. Maka jika angkutan untuk dalam kota dengan biaya sebesar Rp 5 ribu sekali jalan itu sangat tidak tepat. Bisa saja akan mengalami kemacetan dimana-mana karena sopir tidak punya kembalian.
“Penurunan ini akan sesuai jika diterapkan pada angkutan umum antaran provinsi dengan bayaran tarif belasan ribu dan membeli tiket lebih awal. Namun jika angkutan dalam kota pasti banyak penumpang ribut dengan sopir akibat tidak ada kembalianya,” paparnya.
Ia menuturkan, penurunan juga harus dipertimbangkan dengan suku cadang kendaraan. Biasanya suku cadang berpengaruh pada kurs dolar sedangkan penurunan BBM tidak berpengaruh dengan dolar maka pasti akan tinggi harganya.
“Harus diperhatikan juga soal suku cadang dengan harga cukup mahal. Bagimana jika para sopir tak mampu untuk memperbaiki kendaraanya karena habis untuk opersional setiap hari. ini sangat dilematis,” tambahnya.
Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) KotaTangsel, Wijaya Kusuma menegaskan akan membahas lebih lanjut soal intruksi penurunan tarif angkutan. Saat ini belum dapat dipastikan apakah akan turun atau tidak. “Soal penurunan tarif angkutan umum, kami akan komunikasikan lebih lanjut seperti apa nanti kedepan,” katanya.
Rusdi Holid salah satu sopir Ciputat Parung menanggapi soal penurunan tarif angkut rasanya kurang tepat. Pasalnya untuk Rp 7 ribu sekali jalan sangat mepet belum lagi kalau macet dan biaya perawatan mobil. Namun jika itu kebijakan apa boleh buat. Termasuk juga tarif Ciputat Jombang Rp 5 ribu.
“Kami tidak bisa memastikan apakah akan turun atau tidak tergantung dari intruksi kebijakan umum saja. Harga yang ada itu sudah disesuaikan kondisi lapangan,” pungkas ia. (ded)