Kota Tangerang Selatan (Tangsel) sempat dikenal sebagai daerah pemasok Tanaman Anggrek terbesar di Jabodetabek. Bahkan hingga kini, petani Anggrek masih bisa dijumpai di Jalan Arjuna, Pondok Benda, Pamulang. Sayangnya, budidaya Anggrek di Pamulang terkendala ketersediaan bahan baku.
Mursidah, ibu rumah tangga paruh baya yang memanfaatkan tanah kosongnya untuk budidaya Anggrek mengeluh kesulitan bahan baku. Sedangkan harga bahan baku pembudidayaan saat ini terbilang mahal. “Mulai dari bambu, pestisida, dan perangsang bunga harganya naik semua. Akibatnya, banyak petani yang mulai memperkecil kebunnya,” ujar Musrsidah kepada tanerangonline.id, Selasa (3/4/2016).
Meski pemerintah memberikan bantuan, sambung Mursidah, belum merata. Walikota Tangsel, Airin Rahmi Diany pernah menyumbang bibit Anggrek. Namun bantuan tersebut belum menjangkau seluruh petani Anggrek.
Kini, beberapa petani Anggrek di Pamulang ini beralih menanam bunga 7 rupa. “Soalnya kembang 7 rupa lebih hemat obatnya (pestisida dan perangsang bunga). Selain itu, keuntungan yang didapat juga lebih banyak dari pada menanam Anggrek,” papar Mursidah.
Menurut Mursidah, jenis Anggrek yang menjadi icon kota Tangsel adalah Anggrek Vanda Douglas. Keindahan warna dominan ungu disertai kelopak bunga yang agak mekar menjadikan anggrek jenis ini banyak diminati pasar beberapa tahun terakhir.
“Permintaan pasar memang selalu meningkat tiap tahunnya. Hal tersebut menjadi alasan harga kebutuhan budidaya Anggrek semakin meningkat. Subsidi dari pemerintah diperlukan untuk mendorong petani Anggrek agar terus bertahan menanam icon kota Tangsel,” pungkas Mursidah.(Muf)