Kabupaten Tangerang menampilkan teknologi unggulan Komposter pengolah sampah tepat guna pada acara Gelar Teknologi Tepat Guna XII Provinsi Banten tahun 2016 di lapangan ADB KS (Helypad) Kota Cilegon, Kamis (25/8/2016).
Teknologi Komposter pengelolah sampah tepat guna, merupakan hasil warga yang berada di RW 07 Perumahan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, sebelumnya meraih juara pertama pada gelar teknologi tepat guna tingkat Kabupaten Tangerang tahun 2016.
Teknologi tepat guna komposter pengolah sampah tempat guna ini berfungsi untuk pengelolaan sampah organik skala kecil dan besar, rumah tangga, rumah makan, perkantoran dan merubah sampah organik menjadi pupuk organik cair dan padat yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan.
Teknologi Komposter ini juga mengurangi volume pembuangan sampah hingga 60 persen sehingga dapat menguranggi biaya angkut sampah. Teknologi ini juga sangat ramah lingkungan karena tidak menimbulkan bau, lalat, dan belatung sehingga dapat ditempatkan di dalam teras atau dapur. Bahannya dibuat dengan bahan plastik dan pvc sehingga tidak mudah pecah dan tahan benturan seta tahan cuaca.
Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat BPMPD Kabupaten Tangerang Dian Mayangsari mengatakan pada acara gelar teknologi tepat guna tingkat Propinsi Banten, kali ini pemkab Tangerang menampilkan tiga teknologi tepat guna pertama alat pengolah sampah organik menggunakan tabung komposter, teknologi ini sebagai teknologi unggulan untuk bersaing dengan teknologi tepat guna dari kabupaten/kota di Banten.
“Mudahan teknologi tepat guna unggulan Kabupaten Tangerang bisa meraih juara pertama. Kalau melihat manfaat dan kegunaanya sangat tepat sederhana dan banyak di butuhkan sehari-hari,” ujar Dian Mayangsari.
Kasubag pemberdayaan BPMPD Kabupaten Tangerang Udin menambahkan, setelah gelar teknologi tepat guna tingkat Provinsi Banten akan dilanjutkan di tingkat nasional yang akan dilaksanakan di Mataram Propinsi NTB. “Mudahan teknologi tepat guna pengolah dampah organik menggunakan komposter meraih juara pertama sehingga kami mewakili Banten di tingkat nasional,” harapnya.
Sementara, Stee Subagya pencetus teknologi Komposter pengelola sampah ini mengaku ide pembuatan pengelolah sampah bermula kesulitan warga mengatasi sampah di komplek perumahan, volume sampah sangat tinggi tetapi tempat pembuangan sampah rumah tanģga tidak ada. Banyak sampah dibawa sama tikus sehingga sampah numpuk di selokan air mengakibatkan banjir.
Bermula dari hal tersebut pada pada akhir tahun 2015, dirinya bersama warga di bawa pengurus RW mencari inovasi bagaimana mengatasi sampah yang semakin hari semakin banyak.
“Kebetulan saya mencari informasi cara mengatasi sampah lewat internet. Kami menemukan ide pengolahan sampah tepat guna yang mudah di lakukan oleh ibu2 rumah tangga. Pada awalnya saya mencoba dulu sampah dapur yang dihasilkan di rumah ditaruh di tabung selama satu minggu ditambah cairan bioaktivator, sampah dipotong-potong dan sisa makanan dicuci untuk menghindari lemak. Hasil percobaan ternyata hasilnya bagus,” ujar Subagya. (Yan)