Sungai Cisadane mempunyai berbagai cerita dari sudut pandang masyarakat berbeda. Sebagian masyarakat menyebut sungai tersebut dengan nama “Sadane”, bahasa yang berasal Sansekerta yang artinya Istana Kerajaan. Sedangkan “Ci” berasal dari bahasa Sunda yang berarti Air. Maka, Sungai Cisadane artinya Air Istana Kerajaan.
Sungai yang membelah Kota Tangerang tersebut banyak menyimpan misteri yang belum terungkap. Namun, versi yang berbeda muncul dari budayawan Tangerang yaitu Abah Mustayah yang menurutnya, Cisadane berasal dari bahasa Sunda. Lantaran, sebelum masyarakat Tionghoa datang ke Tangerang, di sekitar Sungai Cisadane penduduknya dari suku Sunda.
Sejarah Sungai Cisadane sendiri, kata tokoh masyarakat Abah Mustayah, tidak bisa dilepaskan dengan cerita babat tanah Banten yaitu berpindahnya agama Sunda Wiwitan dari tanah Pajajaran ke tanah Banten yang menjadi cikal bakal masyarakat Baduy.
“Semuanya ada kaitannya dengan Sungai Cisadane. Karena perlintasan melewati sungai itu, pada zaman babat tanah Banten. Berpindahnya agama Sunda Wiwitan dari tanah Pajajaran ke Banten, ini perlintasannya. Makanya, sebelum orang Tionghoa datang ke Tangerang, di sekitarnya sudah ada orang-orang Sunda, ” terang pria gaek yang juga dalang wayang golek di Tangerang kepada tangerangonline.id, Minggu (23/10/2016).
Abah Mustayah meriwayatkan, dahulu arus air sungai tersebut sangat deras dan bersuara gemuruh. Nama, “Cisadane” sendiri menurut Abah Mustayah, barasal dari akar bahasa Sunda, yang artinya air yang riaknya gemuruh.
“Padahal Sungai Cisadane tidak ada bebatuan, tapi suaranya gemuruh. Makanya dikasih nama ‘Cisadane,’ akarnya dari bahasa Sunda. Dari orang-orang Sunda Wiwitan. Sekarang sudah enggak bersuara lagi kan karena ada Bendungan Sangego yang dibangun pada jaman Belanda sekitar tahun 1921-an,” jelas Abah Mustayah.
Abah Mustayah juga mengungkapkan, di Sungai Cisadane tersebut pernah ada misteri buaya putih. Munculnya misteri buaya putih ini ketika menjelang banjir besar akibat luapan sungai tersebut, yaitu sekitar tahun 1962.
“Sebelum banjir itu buaya putih muncul. Itu banjirnya luar biasa, Gerendeng itu tenggelam sampai empat meter,” ungkapnya.
Selain misteri buaya putih, kata Abah, juga terdapat misteri kura-kura berukuran besar yang di punggungnya terdapat tulisan huruf Cina. “Jadi ada buaya putih, ada kura-kura raksasa yang ada tulisan huruf Cina. Itu di sekitar Pekong, yang biasa buat perayaan Pe Chun,” pungkasnya. (yip)