Sebagian orang yang belum mengerti tentang Barista (peracik kopi) akan beranggapan meminum kopi tanpa gula, bagai sayur tanpa garam. Nyatanya dengan racikan yang pas, sajian kopi tanpa gula di tenda Komunitas Kopi Tangerang justru merasakan kopi yang istimewa hingga menjaring para pelanggan dari berbagai daerah.
Jordy Riyanto, salah seorang pengunjung tampak begitu menikmati secangkir kopi yang baru diseruputnya. Sangat meyakinkan hati menikmati kopi tersebut bila melihat ekspresi dan gestur Jordy di tenda Komunitas Kopi Tangerang.
“Ini baru kopi hitam. Tanpa gula dengan rasa racikan yang pas. Saya puas merasakan kopi di sini. Dan yang terpenting, di sini kita bisa meminta takaran kopi yang kita inginkan,” kata Jordy seorang penikmat kopi hitam.
Kopi yang disajikan oleh para barista di tenda kopi kaki lima ini cukup beragam. Tapi di antara sekian banyak kopi yang mereka racik, kopi Toraja dan kopi Aceh adalah yang terlaris.
Rasa yang sangat khas dan pas itulah, yang menurut Jordy, acap menarik dibenak para penikmat kopi racikan komunitas itu.
“Harga dan racikan yang pas membuat saya betah. Sayangnya hanya buka di hari Sabtu dan Minggu saja. Kalau buka setiap hari saya akan duduk di sini setiap hari,” seloroh pria itu.
Apa sebenarnya alasan Komunitas Kopi Jalanan memilih untuk menyajikan kopi tanpa gula ini ? Ketua Komunitas Kopi Jalanan Tangerang Anggi Purnomo, menjelaskan gula dengan rasa manis yang kuat akan menghilangkan kemurnian rasa kopi itu sendiri. Maka dari itu kenikmatan kopi bakal terasa bila diminum dengan kopi yang murni.
“Rasa manis dari gula yang membuat kuat rasanya, akan menutup cita rasa kopi itu sendiri,” ujar Anggi, di Taman Potret, Cikokol, Kota Tangerang.
Ia melanjutkan, cara yang pas untuk menikmati kopi bukan untuk mengalahkan rasa kopi itu sendiri. “Bagi penikmat kopi hitam, meninggalkan rasa pahit dan asamnya kopi yang dicampur gula, sama saja seperti meminum teh manis,” kata Anggi.
Anggi juga menjelaskan untuk menghilangkan rasa pahit dan asam di kopi, ia memadukan kopi dengan bahan lain yang tepat.
“Daripada ditambah gula, lebih baik dipadukannya dengan makanan yang memiliki rasa manis, seperti coklat dan sebagainya yang manis,” tutupnya.
Sebagai informasi yang didapat oleh tangerangonline.id, Komunitas Kopi Jalanan hanya buka di hari Sabtu dan Minggu. Selain itu, manajemen bisnis ini juga memilih untuk tidak menetap (nomaden) di satu tempat saja.
Mereka berkeliling Tangerang dan membuka lapak dagangannya di tempat yang berbeda-beda nyaris di setiap waktu.
Hingga minggu depan, komunitas itu diketahui akan melayani para pecinta kopi dengan membuka tenda di Taman Potret, Cikokol, Kota Tangerang, mulai pukul 13.00 hingga 19.00 WIB.
Harga yang ditawarkan oleh manajemen komunitas kopi itu cukup bervariasi yakni antara Rp 10 ribu hingga Rp 25 ribu.
Nggak bikin kantong jebolkan, bagi yang ingin menikmati kopi sajian komunitas tersebut, langsung saja ke Taman Kotret Sabtu-Minggu depan pukul 13.00-19.00 WIB. (Yan)