Home Berita Chairul Tanjung Beri Kuliah Umum di Rakernas SMSI

Chairul Tanjung Beri Kuliah Umum di Rakernas SMSI

0

Founder CT Corp Chairul Tanjung (CT) memberi kuliah umum tentang perkembangan media pada Rakernas Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) III di Hotel Sari Pan Pacific, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (25/7/2018). Dalam rakernas tersebut, hadir pula Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.

CT menyinggung soal transformasi media cetak, seperti koran. Dia mengatakan, di era digital, sebuah perusahaan media tidak bisa hanya mengandalkan media cetak.

“Kita tahu Kompas, Jawa Pos contohnya. Itu kan koran, physically koran. Tapi mereka tahu, mereka nggak bisa survive kalau oplah terus turun, harga kertas naik, iklan berkurang. Ya, mau nggak mau movement. Movement ke mana? Mereka coba bikin dotcom, ada Kompas.com, ada Jawapos.com. Semua koran sekarang bikin dotcom. Ini adalah proses metamorfosisnya,” kata CT saat memberikan pengarahan kepada anggota SMSI.

Eks Menko Perekonomian itu menuturkan dewasa kini media baik cetak maupun elektronik tak bisa menyajikan berita sesuai kemauan sendiri. Media sekarang harus pintar melihat topik apa yang menarik perhatian para pembaca.

“Dan kita nggak bisa ngatur orang sekarang. Orang yang ngatur kita. Konsumen yang ngatur kita, bukan kita ngatur konsumen. Eranya sudah beda. Kalau dulu siapa yang punya barang, kita bisa atur orang. Sekarang mereka yang punya power untuk ngatur kita,” terang CT.

CT melanjutkan, dalam perkembangan media digital, muncul content aggregator. Content aggregator adalah media yang melansir kembali pemberitaan dari media-media lain.

Content aggregator, kata CT, punya peluang lebih besar untuk mendapatkan iklan. Karena itu, dia tak memberi izin kepada content aggregator untuk mengambil dan melansir kembali berita detikcom.

“Ini, ada juga yang namanya general media, ada Tribun News, ada Jakarta Post. Itu diambil kontennya oleh yang namanya content aggregator. Dia tinggal ambil saja dari orang-orang, dia kuat, namanya content aggregator. Nah, yang dapat iklan dia. Makanya detikcom saya haramkan itu untuk diambil kontennya sama content aggregator. Jadi ini tren yang terjadi,” jelasnya.

Tapi ada juga media yang tidak memberitakan apa-apa tapi mengizinkan siapa pun memberitakan lewat media yang dia miliki.

“Atau yang berikutnya, ada yang punya media tapi nggak punya konten. Dia bilang, ‘eh, semua orang, ya, you boleh ngisi konten di tempat saya, nggak usah bayar’. Jadi, dia cuma punya platformnya. Nah, ini juga jadi tren luar biasa sekarang,” ucap CT.

CT juga menjelaskan mengenai personalized content. Menurutnya, melalui konten yang tepersonalisasi, media dapat mengetahui topik apa yang sering dibaca orang. (SIN/ed)