Ketua Umum PSSI Komjen Pol (Purn) Mochammad Iriawan (Iwan Bule) mengangkat Yunus Nusi sebagai Pejabat Langsung Terpilih (Plt) Sekretaris Jenderal Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Yunus menggantikan Ratu Tisha Destria. Pengangkatan itu menuai kontroversial dikalangan pengurus PSSI. Diangkatnya Yunus sebagai plt sekjen tentu ingin membantu tugas-tugas Ketua Umum Iwan Bule, terutama dalam administratif.
Menurut Pengamat Sepakbola yang juga mantan Sekjen Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Hifni Hasan, memang posisi Sekjen PSSI saat ini dalam keadaaan kosong. Ia melihat, saat ini kinerja PSSI memang ada sedikit persoalan.
“Tapi, sudahlah, itu sudah menjadi keputusannya Ketua Umum (PSSI) dan exco sudah menunjuk saudara Yunus Nusi untuk menjadi Plt Sekjen (PSSI),” ujar Hifni Hasan, Selasa (12/5/2020) di Jakarta.
Ia mengatakan, seharusnya peran Plt Sekjen amat sentral pada masa pandemik virus corona (Covid-19) saat ini, karena banyak persoalan yang ditinggalkan oleh pengurus sebelumnya dan harus diperbaiki secara perlahan oleh Plt Sekjen.
“Karena, saya melihat tidak satu visi didalam tubuh PSSI itu sendiri,” ujar Hifni.
“Nah ini yang menjadi kendala, apakah dia bisa menjalankan itu. Karena fungsinya Plt Sekjen itu internal sebenarnya, bukan mengurusi exco. Nah sekarang yang menjadi persoalan bukan internalnya, kalau saya lihat, tapi hubungan antara exco dengan sesama exco lainnya, itu yang tidak bisa dikerjakan oleh seorang Yunus Nusi, tapi harus ada tim work atau Ketua Umum yang langsung terjun untuk menyelesaikan persoalan ini,” jelas Hifni.
Menurutnya dalam statuta PSSI Plt Sekjen PSSI tidak boleh mengambil kebijakan strategis. Bukan hanya PSSI, semua cabang olahraga yang namanya Plt itu tidak dapat membuat kebijakan. Apalagi di PSSI itu, kata dia, Plt itu hanya operasional dan sifatnya administatif, yang menjalankan kebijakan yang dibuat Ketua Umum PSSI dengan exco lainnya.
“Nah, yang jadi persoalan sekarang, rangkap jabatan itu, dia sebagai Plt, dia juga sebagai exco. Sementara sebagai Plt, dia tidak dapat membuat kebijakan, disinilah saya melihat akan kesulitan saudara Yunus Nusi membedakan antara dia sebagai exco atau sebagai Plt Sekjen. Nah ini tumpang tindihnya,” ungkapnya.
Pengamat sepakbola Suharto Olii ikut berkomentar. Pada pinsipnya, ujar Suharto, pengangkatan Yunus Nusi sebagai Plt Sekjen PSSI itu bukan melakukan hal-hal yang di luar kewenangannya. Misalnya, membuat pernyataan Ketua Umum bisa mengangkat dan memberhentikan wasekjen dan membuat surat jawaban ke PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai pengelola liga, bersifat strategis.
Menurut pengamat sepakbola Suharto Olii, apa yang dilakukan Plt Sekjen keliru besar. Suharto mengatakan, itu sudah menyalahi statuta.
“Dari zaman Nurdin Halid atau Ketua Umum sebelum-sebelumnya tidak ada Wakil Sekjen. Kalau mau mengangkat wakil Sekjen harus merubah statuta. Merubah statuta berarti harus menggelar kongres, ” tegas Suharto yang juga wartawan senior sepakbola.
Pria yang sudah lebih dari 30 tahun menjadi wartawan sepakbola itu menegaskan, Plt Sekjen dalam keseharian tugas-tugasnya lebih kepada bidang administratif. Misalnya, kata Suharto membuat ke PT LIB dan sebagainya.
“Tugas-tugas pokoknya. Bukan malah memberikan pernyataan yang di luar wewenang dan kapasitasnya,” tegas Suharto yang pernah mencalonkan diri sebagai Sekjen PSSI.
Suharto juga menyanyangkan sikap Exco dan Asprov yang mengetahui masalah ini malah membiarkan Plt Sekjen jalan. “Mestinya diingatkan dong. Jangan dibiarkan begitu saja,” ucapnya.
Sementara itu, Ary Julianto Trijoko, dalam akun twitternya mengatakan, sebagai mantan Bendahara PSSI, ada sebuah nasihat bijak yang dilontarkan Achsanul Qosasih. Pemilik Klub Madura United menyayangkan sikap liar sejumlah pengurus PSSI , terutama beberapa orang anggota exco PSSI dan para Direktur di PT LIB yang secara terbuka menyerang Wakil Ketua Umum PSSI dan Dirut PT LIB (Liga Indonesia Baru).
“Benar Pak, mereka ini patut belajar berorganisasi yang baik, sehingga ouput untuk sepakbola kita ada, bukan seperti sekarang, mempertontonkan kebobrokan sendiri dimata masyarakat dan publik sepakbola yang lagi gundah karena pandemi Covid-19, membuat sepakbola harus tidur, tanpa kompetisi dan tanpa pertandingan. Miris melihat kondisi sekarang,” terang Ary Julianto Trijoko dalam kicauannya di akun twitternya (6/5/2020).
Sedangkan Achmad Qosasi, membalas kicauan itu. Ia mengatakan, Dirut PT Liga itu Waketum PSSI dan juga anggota Exco. Mestinya hal begini dibawa ke rapat Exco, terus diputuskan bersama. Setelah itu baru surat-menyurat untuk kelengkapan adminsitrasi.
“Bukan surat-suratan begini, saling berdebat di surat, apalagi bocor ke publik dan tidak elok,” kata Achsanul Qosasi dalam kicauan akun twitternya.(MRZ)