Beranda Berita Kiat Menulis Sosok Dari Mentor FJP GWPP, M Nasir:  Seperti Belajar Naik...

Kiat Menulis Sosok Dari Mentor FJP GWPP, M Nasir:  Seperti Belajar Naik Sepeda

0

 

Untuk menguasai teknik penulisan yang memenuhi harapan, kuncinya hanya berlatih, menulis terus-menerus, seperti belajar naik sepeda.Tidak ada teori yang lebih baik, kecuali langsung menaikinya dengan segala kekurangan, dan kadang-kadang jatuh bangun.

“Namun dalam jumlah jam tertentu, orang sudah bisa naik sepeda dengan baik,” ucap Mohammad Nasir dalam sesi zoom meeting, pelatihan felowship jurnalis pendidikan (FJP) di Jakarta, Jumat (23/2/22).

Menulis cerita kehidupan tak perlu berdasarkan kronologi waktu, mulai lahir hingga saat ini. Namun, pilihlah satu fase yang paling dirasakan luar biasa (extraordinary), baik itu menyangkut tempat, waktu, atau kejadian yang sangat menonjol dalam sejarah hidup.

“Mengapa dipilih fase yang ada nilai extraordinary? Supaya pembaca tertarik dan membacanya sampai tuntas,” katanya.

Ia menjelaskan, ada pengetahuan dasar yang harus diketahui oleh wartawan penulis sosok atau tokoh. Sosok yang dimaksud di sini adalah orang. Berarti, tulisan ini memanggungkan orang yang mempunyai kiprah dan kepedulian yang luar biasa kepada kehidupan orang banyak, kepada manusia dan kemanusiaan, kepada bidang pendidikan atau bidang lainnya.

“Tujuan menulis sosok bukan untuk memamerkan perbuatan baik, tetapi menyebarluaskan supaya diteladani oleh banyak orang,” tutur Nasir.

Nasir pun berbagi kiat tentang cara menulis sosok. Menurutnya, semua yang bersifat materi bisa dilihat dan didiskripsikan, seperti kemegahan kampus, kerapuhan bangunan sekolah dasar, dan lain sebagainya. Diskripsi itu menggambarkan situasi, tempat, benda-benda sekitar, suara, rasa, warna secara rinci sehingga pembaca seakan-akan menyaksikan sendiri.

Deskripsi kebendaan itu, diperlukan hanya untuk mendukung atau mengantarkan cerita yang relevan dengan tema yang dipilih.

“Sepanjang itu relevan dengan tema tulisan, silahkan, tapi jangan terlalu panjang, karena bisa membosankan pembaca,” ujarnya.

“Menyusun cerita mengalir dari alinea ke alinea perlu latihan. Di antara alinea di atas dan yang di bawah ada jembatan berupa kata atau frase yang menghubungkan, sehingga pikiran tidak terputus.Informasi penting ditebar di praragrap demi paragrap. Kalau ada humor yang sesuai untuk dimasukkan dalam cerita, silakan tulis,” tambah Nasir.

Untuk media massa, cerita sosok ini dapat meningkatkan jumlah pembacanya, dimana pembaa merasa memperoleh manfaat setelah membaca sosok seseorang yang bisa dijadikan teladan bagi pembaca dan keluarganya

Sebagai penulis, sambungnya, hendaknya jangan memberi jawaban keingin-tahuan pembaca di baris pertama atau kedua, bawalah terus pembaca sampai membaca isi keseluruhnya.

“Yang penting-penting, jangan dihabiskan diawal, tapi ditaburkan sampai bawah, sehingga pembaca penasaran dan terus membaca,” begitu kata Mohammad Nasir, wartawan senior yang memperdalam skill menulis kehidupan di kelas Advanced Writing Live Department for Continuing Education, University of Oxford ini.(MRZ)