Sunroof (kaca yang dipasang di atap mobil) produksi Webasto Holandia yang import dari Belanda menjadi salah satu bekal bagi Dicka (28) membuka usaha bengkel.
Diperkuat dengan hobi mobil, Dicka mantab melancarkan usahanya tersebut dengan membuka bengkel sunroof di Jl Merpati, Ciputat.
Sekarang usaha dengan modal Rp 1,75 Miliar itu sudah berjalan 8 bulan. “Saya itu paling ngga bisa kerja dibawah tekanan dari orang lain, lebih baik saya usaha lewat hobi saya,” kata Dicka kepada tangerangonline.id.
Dicka aktif di komunitas TKCI (Toyota Kijang Club Indonesia) dan pernah memimpin di komunitas mobil itu di tahun 2004.
“Setinggi-tinggi pangkatnya kamu tetap pegawai, tapi sekecil-kecilnya usaha kamu adalah bosnya,” ujar Dicka terinspirasi dari pebisnis hebat, Bob Sadino.
Tipe-tipe penjualan sunroof nya ada sunroof slide out (300L/300M), moonroof slide in webasto 700, ragtop webasto 400 berbentu kanvas lipat, dan doble sunroof ukuran M depan, A belakang.
Setiap sunroof mempunyai harga yang relatif. Dari yang paling murah ukuran sunroof 300 m Rp 11,2 juta dan yang paling mahal Ragtop Webasto 400 m Rp 22,5 juta. Harga bahan mengikuti euro dan sudah termasuk pemasangan.
Penjualan sunroof dalam sebulan sebanyak 25 sunroof dan sudah sampai keluar pulau Padang, Bengkulu, Kalimantan dan lain sebagainya. Touring Jakarta-Solo sambil menjual sunroof pernah dilakukan olehnya. Keuntungan yang dia dapat Rp 15 juta perbulan.
Dicka awalnya tak direstui orang tua menjadi pebisnis, karena latar belakang keluarganya pekerja di perusahaan swasta. Akhirnya Dicka berhasil mengumpulkan modal dan direstui juga.
Dicka berniat membuka cabang di Semarang. Harga sunroof disana terbilang lebih mahal, termasuk persaingan usaha Sunroof pun tidak lebih keras dibandingkan Jabodetabek. (eno)