Pemilihan gubernur (Pigub) Banten tahun 2017 diperkirakan akan terjadi head to head. Bagi pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, suara pemilih sangat ditentukan kepiawaian strateginya mendulang. Ada semacam perang ideologi, perang nilai dan perang prinsip dalam meraih suara pemilih Pilgub nantinya.
Menurut peneliti dari Konsepindo, Veri Muhlis Arifuzzaman, pasangan Rano-Mulya bisa saja melakukan “ideologisasi” setelah resmi terdaftar dan selama masa kampanye. “Propaganda dan perang issue akan mewarnai masa-masa kampanye di Pilgub Banten tahun 2017 ini,” kata CEO Konsepindo ini kepada tangerangonline.id.
Namun apabila pasangan Rano-MULYA gagal memanfaatkan momentum ini dan hanya berkampanye dengan cara konvensional, potensi suara akan tergerus. “Walaupun hasil survei Indobarometer, SMRC, LSSI juga survei Konsepindo, Rano leading dengan selisih jauh di atas margin error tetapi strong supporter Rano tidak kuat-kuat banget, mudah digerus. Karenanya, ideologisasi alias menanamkan rasa “jihad” pada pendukungnya akan jadi faktor pengaman kemenangannya,” ujar pria yang akrab disapa Veri.
Sementara itu, pasangan WH-Andika harus berjuang serius. Urusan diusung banyak partai bukan jaminan suara tinggi. Tidak ada rumus konversi kursi di DPRD ke suara paslon dalam Pilkada. Jika potensi mesin politik dimenej dengan baik, seharusnya bisa menang. Percaya diri dan yakin menang tak serta merta menang. Kemenangan ditentukan oleh penguasaan suara di TPS dan kampanye yang efektif.
“Jika solid dan efektif, pasangan WH-Andika bisa mengejar ketertinggalan, Selisih suara sekarang ini yang berada di kisaran 15-20% bisa dikejar, Itu kalau solid, bersatu, bergerak, dan memang merasa harus mengejar. Spirnt, Tapi kalau merasa sudah menang, siap-siap saja telan pil pahit,” tandasnya. (Uar)