Beranda Berita Menhan: Gerakan ISIS Gunakan Topeng Agama Dalam Memperdaya Generasi Muda

Menhan: Gerakan ISIS Gunakan Topeng Agama Dalam Memperdaya Generasi Muda

0

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, memberikan ceramah pada acara Konferensi Internasional Moderasi Islam, (Konferensi Ulama Internasional) di Islamic Center Mataram Lombok, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (28/07/18).Konferensi ini mengangkat tema tentang ”Moderasi Islam dalam Prespektif Ahlussunnah Wal Jama‘ah”.

Menhan mengatakan, Indonesia dengan keanekaragaman budaya, agama, suku, bahasa yang dimilikinya telah mentasbihkan dirinya sebagai bangsa yang memiliki masyarakat multikultural. Keanekaragaman tersebut, menjadi sebuah rahmat tersendiri bagi Indonesia jika dapat dikelola dengan baik, bahkan menjadi keunikan dan kekuatan tersendiri.

Namun, kata Menhan, di saat bersamaan, realitas pluralitas itu juga dapat menjadi tantangan besar, jika tidak disikapi dengan bijak dan arif, bahkan juga dapat menjadi ancaman perpecahan dan perseteruan, yang dapat mengoyak keamanan sosial. Sebagaimana dalam kontekstasi keberagamaan di nusantara yang kerapkali terjadi gesekan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, yang disebabkan oleh perbedaan paham keagamaan dan paradigma berpikir.

Dikatakan, Islam adalah agama yang lengkap-komprehensif yang inti dari ajaran agama kita telah terefleksi dalam rukun Islam dan rukun Iman. Rukun Islam dan rukun iman merupakan pilar penting dalam agama Islam yang harus dimiliki dan diamalkan sebagai seorang muslim.

“Kalau di ibaratkan kita akan membangun rumah, jika pondasinya kurang, maka otomatis ketika terjadi gempa maka akan rubuh, begitu pula bila kepribadian kita tidak diperkuat dengan rukun iman dan rukun islam, apabila terjadi goncangan atau cobaan hidup pastilah akan goyang,” kata Ryamizard.

Sebagai orang Islam, tambah Ryamizard, kita harus berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadis, karena Al-Qur’an dan Hadis merupakan sumber hukum, sumber peringatan yang paling mendasar dalam ajaran Islam yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari agar tidak terjerumus pada hal-hal yang tidak kita inginkan.

Hadirnya Islam di muka bumi ini salah satunya adalah untuk memanusiakan manusia. Islam hadir untuk melindungi menjaga memelihara harkat derajat martabat setiap manusia dibumi ini tanpa memandang status, golongan, suku, ras dan agama.

“Islam adalah agama Rahmatan lil’alamin yang lengkap-komprehensif,” ujar Ryamizard.

Oleh karena itu, kata Menhan, tidak sepatutnya orang yang beragama selalu menyalahkan terhadap agama yang lain, bahkan membuat klaim kebenaran sekaligus memaksakan kehendak kepada orang lain untuk memeluk agama yang dianutnya

“Mari hindari perpecahan dan disintegrasi umat beragama, dengan menciptakan kerukunan dalam beragama,” ujarnya.

Menurut Menhan, dinamika perkembangan lingkungan strategis baik global, regional maupun nasional dewasa ini, telah mengisyaratkan tantangan yang besar dan kompleks bagi pertahanan negara, khususnya dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah. Tantangan tersebut kemudian berevolusi menjadi ancaman strategis terhadap kedaulatan negara, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan keselamatan bangsa dan akan semakin berkembang ke sifat multidimensional, fisik dan non fisik, yang berasal dari luar dan dari dalam negeri.

Menurut Menhan lagi, fenomena potensi ancaman terhadap NKRI terbagi menjadi dua ancaman utama, yang pertama adalah ancaman belum nyata, yaitu ancaman perang terbuka antar negara. Dimana ancaman belum nyata ini dapat berevolusi menjadi ancaman yang nyata ketika kepentingan dan kehormatan Negara kita terusik. Dimensi ancaman kedua, yaitu ancaman-ancaman yang menjadi prioritas untuk ditangkal yaitu ancaman yang sangat nyata yang sedang dan kemungkinan dapat dialami oleh negara-negara kawasan baik secara sendiri-sendiri atau yang bersifat lintas negara.

Ancaman tersebut, lanjutnya lagi, diantaranya adalah ancaman terorisme dan radikalisme, separatisme dan pemberontakan bersenjata, bencana alam dan lingkungan, pelanggaran wilayah perbatasan, perompakan dan pencurian Sumber Daya Alam, wabah penyakit, perang siber dan Intellijen serta peredaran dan penyalahgunaan narkoba.

Selanjutnya, dalam era perkembangan modernisasi dan globalisasi ini, disamping ancaman-ancaman berbentuk fisik seperti ancaman terorisme, kita juga menghadapi ancaman non-fisik yang relatif lebih besar dari ancaman fisik, khususnya ancaman terhadap ideologi negara Pancasila yang pada gilirannya dapat mengancam keutuhan dan ketahanan Nasional Bangsa.

“Ancaman serangan ideologis non fisik inilah yang sering saya sebut dengan istilah perang modern atau istilah saat ini Proxy war yaitu suatu bentuk perang jenis baru tanpa perlu berhadapan secara fisik melalui upaya sistemik guna melemahkan dan menghancurkan benteng ideologi suatu bangsa,” beber Menhan Ryamizard.

Menurut Menhan, setiap negara memiliki ideologi yang cocok di negaranya masing masing seperti komunis di Rusia, faham liberal di Amerika dan ideologi syariah di Saudi Arabia. Namun, kata Ryamizard, untuk Indonesia, ideology yang paling Ideal adalah Pancasila. Sistem pertahanan khas Indonesia yang paling efektif untuk menangkal semua potensi ancaman terhadap kepentingan negara adalah dengan Konsep Pertahanan Rakyat Semesta.

Oleh karena itu, pembangunan sistem pertahanan Negara RI telah diarahkan dengan mengedepankan perpaduan antara pengembangan kekuatan non-fisik atau jiwa bangsa Indonesia melalui kesadaran Bela Negara yang didukung oleh kekuatan TNI beserta Alutsistanya.
Didalam Islam pun, sudah diatur konsep mengenai Bela Negara.

Menhan melanjutkan, banyak orang mengira bahwa konsep Bela Negara bertentangan dengan Islam yang mengharuskan berukhuwah antar sesama muslim tanpa ada sekat, Bela Negara merupakan salah satu perwujudan berukhuwah dalam Islam, yakni ukhuwah wathoniyah yang berarti mencintai dan bersaudara dengan yang sebangsa dan setanah air. Islam juga sangat mendukung faham kebangsaan, dalam bahasa arab dikenal dengan kata Al-Qaumiyah. Kebangsaan yang kita fahami adalah ciri-ciri yang menandai golongan bangsa, terambil dari kata bangsa yang berarti kesatuan dari orang-orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri.

“Ciri utama yang menandai golongan bangsa terdiri dari beberapa unsur yaitu Kesatuan atau persatuan,asal keturunan; bahasa, adat istiadat, sejarah dan cinta tanah air,” ucapnya.

Saat ini, lanjutnya lagi, salah satu ancaman yang sangat nyata terhadap Islam dan merupakan salah satu bentuk penistaan terhadap agama, negara dan bangsa Indonesia, yang sangat berpengaruh terhadap keutuhan dan kesatuan bangsa adalah terorisme. Terorisme tidak hanya menimbulkan kerugian material dan nyawa serta menciptakan rasa takut dimasyarakat, tetapi terorisme juga telah mengoyak keutuhan berbangsa dan bernegara.

Menhan menjelaskan, terorisme telah membuat kita saling curiga dan saling memusuhi. Terorisme pun telah merusak ikatan persaudaraan dan nilai-nilai toleransi yang sejatinya menjadi kultur budaya bangsa ini. Aksi brutal mereka telah merusak tatanan kehidupan dunia dan benar-benar keluar dari ajaran Islam yang memiliki misi di bumi ini sebagai rahmat bagi semuanya, bukan ancaman dan kekerasan kepada manusia.

“Kita semua mengecam aksi terorisme karena aksi teroris ini juga telah merusak nama baik agama Islam yang dikenal dengan agama yang senantiasa mengajarkan perdamaian dan mengasihi sesama umat, bukan mengajarkan membunuh. Karena tidak ada hadis ataupun ayat dalam Al-Qur’an yang mengajarkan untuk membunuh sesama apalagi bunuh diri,” terang Menhan.

Menhan Ryamizard, menyampaikan, kelompok ISIS juga telah menjadi kekuatan terorisme global baru yang lebih menakutkan dari jaringan Al-Qaeda. Selain aksi-aksi brutalnya, ISIS juga sangat berbahaya karena kemampuannya dalam menjaring para pejuang asing (foreign terrorist fighter) dari berbagai negara, tidak terkecuali dari Indonesia. ISIS yang pada mulanya hanyalah kekuatan milisi nasional di Irak yang muncul akibat konflik politik di dalam negeri pasca pemerintahan Saddam Hussien, kini menjelma menjadi kekuatan transnasional yang menakutkan beberapa negara.

“Di sinilah perlu saya tegaskan bawah ISIS hanyalah buah dari konflik politik domestik Irak-Suriah yang tidak ada kaitannya dengan faktor keagamaan,” ucap Menhan.

Menhan mengungkapkan, gerakan politik lokal ISIS ini nyata menggunakan topeng agama, dalam rangka menarik simpati dan dukungan secara global. Sehingga sangat disayangkan sudah banyak kalangan generasi muda yang sudah terpedaya rayuan ISIS, baik karena motivasi keagamaan, ekonomi, pencarian identitas maupun motivasi lainnya.Selain aksi kekerasan yang selalu dipertontonkan secara vulgar ke depan publik, hal lain yang patut diwaspadai dari gerakan ISIS ini adalah pengaruhnya yang dapat menginspirasi orang yang memiliki pemahaman agama dangkal yang kemudian melakukan kekerasan dan aksi teror di mana-mana.

Diungkapkan, penggunaan agama sebagai topeng perjuangan politik mereka, telah berhasil memperdaya dan meracuni pikiran generasi muda baik dengan iming-iming surga, misi suci, gaji besar maupun kegagahan di medan perang. Sudah banyak berita didengar dari berbagai negara bagaimana anak muda dari pelajar hingga mahasiswa yang memilih meninggalkan negaranya untuk bergabung dengan ISIS. Karena kalangan generasi muda merupakan sasaran dan target propaganda dan rekruitmen ISIS.

“Serangan ideologis terorisme sangat berbahaya. Pengaruh propaganda dan agitasi yang bernuansa kekerasan, permusuhan, penghasutan dan ajakan untuk bergabung dengan kelompok teroris, telah banyak menyasar berbagai kalangan masyarakat dan profesi yang bertujuan untuk menghancurkan jiwa dan ideologi bangsa yang bermuara pada kehancuran persatuan dan kesatuan nasional bangsa Indonesia,” tutup Menhan (MRZ).