Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, melantik Letnan Jenderal TNI Doni Munardo sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), di Istana Negara, Jakarta, Rabu (9/1/2019).
Pelantikan ini berdasarkan Keputusan Presiden nomor 5/P/2019 tentang pengangkatan Kepala Badan Nasional Penaggulangan Bencana.
“Demi Allah saya bersumpah, bahwa saya akan setia kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Serta akan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya, demi dharma bakti saya kepada bangsa dan negara,” kata Jokowi dan ditirukan Doni.
Berbagai kalangan menilai, penunjukan Letjen TNI Doni Munardo, sangat tepat, mengingat kebencanaan di Indonesia banyak terjadi di darat.
Menurut Pengamat Militer dan Intelijen, Dr Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati, M.Si, Letjen TNI Doni Munardo adalah sosok yang tepat menjabat sebagai Kepala BNPB yang baru. Mantan Danjen Kopassus ini, syarat prestasi, terutama ketika bertugas di Maluku.
Dimana saat menjabat sebagai Pangdam XVI Pattimura di Maluku, ia sangat piawai merangkul seluruh lapisan masyarakat, hingga terwujud kondisi keamanan yang stabil. “Program Emas Hijau” dan “ Program Emas Biru” menjadi andalannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat disana dengan hasil bumi di hutan dan di laut.
Kemudian disusul dengan “Program Emas Putih” dimana Doni Munardo banyak mendapat pujian dari banyak pengamat militer di dalam dan di luar negeri.
Prestasi berikutnya, lanjut Nuning-begitu sapaan akrabnya, tatkala Doni bertugas sebagai Pangdam III Siliwangi. Disini, ia mengundang berbagai kalangan masyarakat untuk berpartisipasi dalam “Program Citarum Harum” dan terjun langsung memimpin para prajurit.
“Pak Doni, sanggup bekerja 24 jam sehari, selama berminggu-minggu. Keuletan kerja inilah, salah satunya, yang menarik perhatian bagi Presiden Jokowi, sehingga layak di promosikan sebagai Kepala BNPB,” terang Nuning di Jakarta, Rabu (9/1/19) usai acara pelantikan Kepala BNPB.
“Serangkaian bencana alam sepanjang tahun 2018 dan beberapa tahun terakhir yang mendera bangsa Indonesia, memang membutuhkan sosok Kepala BNPB yang mempu bekerja tak kenal lelah,” tambah Nuning.
Ia mengatakan, manajemen bencana memang harus dibenahi, agar semua stake holders dapat terintegrasi. Sebagai Kepala BNPB, lanjutnya, diharapkan mampung melakukan koordinasi dengan BMKG, Basarnas, TNI, Polri dan Pemerintah Daerah ketika situasi darurat menghadapi bencana.
Selain itu, Nuning mengharapkan, posisi Sekjen Wantannas yang ditinggalkan Doni, patut mendapatkan pengganti yang lebih berorientasi pada bidang kemaritiman sebagaimana yang dicanangkan pemerintah.
Dikatakan, tugas Sekjen Wantannas (Dewan Ketahanan Nasional) yang baru nanti juga harus memperhatikan situasi keamanan eksternal. Dinamika konflik di Laut Cina Selatan memerlukan perhatian Sekjen Wantannas yang baru, agar mampu memberikan masukan yang tepat kepada Presiden.
Keseimbangan kondisi keamanan nasional dan situasi keamanan regional, harus mendapat porsi yang seimbang dalam menjabarkan visi pemerintah dalam menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
“Tepatlah kiranya jika kali ini, Sekjen Wantannas yang baru nanti dijabat oleh perwira tinggi dari TNI Angkatan Laut.Terlebih lagi perwira yang memiliki kapabilitas atau latar belakang sebagai akademisi, hal ini penting, guna melakukan berbagai analisis keamanan,” tutup Nuning.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menunjuk 44 orang untuk diseleksi mengisi jabatan pimpinan lembaga, termasuk pengganti Kabasarnas, Sekjen Wantannas, Kepala BNPT, Wagub Lemhannas, Sekjen Kemhan serta jabatan bintang tiga lainnya.
*Doni, Jenderal Berprestasi*
Hari ini, Rabu (9/1/19) Letjen TNI Doni Munardo, resmi menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Ke-3, menggantikan pendahulunya Laksda TNI (Purn) Willem Rampangilei. Sebelumnya, Doni, menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Sekjen Wantannas) sejak 14 Maret 2018.
Prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD ini, lahir di Cimahi, Jawa-Barat, pada 10 Mei 1963. Suami dari Santi Ariviani ini merupakan lulusan Akademi Militer 1985 dan karunia satu putri dan dua putra yakni Azzianti Riani Monardo, Reizalka Dwika Monardo dan Adelwin Azel Monardo.
Lulus Akmil, ia langsung ditempatkan di Komando Pasukan Khusus (Kopassus) tahun 1986 sampai dengan 1998. Selama di Kopassus, dia pernah ditugaskan ke Timor Timur, Aceh dan daerah lainnya. Pada 1999 hingga 2001, lelaki yang jago menembak dan beladiri ini ditugaskan pada Batalyon Raider di Bali.
Kemudian ditarik kembali di Paspampres hingga tahun 2004, lalu mengikuti pelatihan counter terrorism yang dilaksanakan di Korea Selatan.
Pada 2005 sampai dengan 2006, Doni ditugaskan di Aceh. Setahun di sana, dia kembali ditarik ke Jakarta untuk bergabung kembali dengan Paspampres. Pada 2006, ia dipindahkan ke Makassar, Sulawesi Selatan, di Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Salah satu program yang hingga kini dikenang masyarakat Makassar adalah penghijauan beberapa kawasan tandus di Sulawesi Selatan termasuk di sekitar Bandara Hasanuddin.
Usai di Makassar, Doni di promosikan menjadi Komandan Grup A Paspampres hingga 2010. Selama bertugas mengawal orang nomor satu di Republik Indonesia ia sudah mengikuti kunjungan Presiden Indonesia ke 27 negara di dunia. Puas di Paspamres, Doni kemudian diberi kepercayaan menjadi Danrem 061 Surya Kencana Bogor.
Tak lama menjadi Danrem di Bogor, Doni diberi kepercayaan menjadi Wakil Komandan Jenderal Kopassus. Salah satu tugas yang melambungkan namanya adalah ketika ditugaskan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Wakil Komando Satuan Tugas (Wadan Satgas) untuk pembebasan Kapal MV Sinar Kudus yang dibajak oleh perompak Somalia. Atas keberhasilan itu pangkat Doni dinaikkan setingkat lebih tinggi menjadi Brigadir Jenderal.
Pada April 2012, Doni mengikuti pendidikan PPSA XVIII di Lemhannas. Kariernya begitu cemerlang, baru empat bulan di Lemhannas, Doni dipromosikan menjadi Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres). Ia kemudian menjadi Pangdam XVI Pattimura di Maluku dan Pangdam III Siliwangi di Jawa Barat, kemudian Sekjen Wantannas dan kini menjabat Kepala BNPB.
*Pendidikan* :
• SMA Negeri 1 Padang (1981)
• Akmil (1985)
• Seskoad (1999)
• Lemhannas (2012)
*Riwayat Jabatan* :
• Danyon-11 Grup-1/Kopassus
• Danyonif 900/Raider (1999-2001)
• Dandenma Paspampres
• Waasops Danpaspampres
• Danbrigif Linud 3/Tri Budi Sakti (2008)
• Dan Grup A Paspampres (2008-2010)
• Danrem 061/Surya Kencana (2010-2011)
• Wadanjen Kopassus (2011-2012)
• Danpaspampres (2012-2014)
• Danjen Kopassus[5][6] (2014-2015)
• Pangdam XVI/Pattimura (2015-2017)[7]
• Pangdam III/Siliwangi (2017-2018)
• Sesjen Wantannas (2018-2019)
• Kepala BNPB (2019-Sekarang)
*Penghargaan* :
• Bintang Jasa Utama
• Bintang Yudha Dharma Pratama
• Bintang Kartika Eka Paksi Pratama
• Bintang Yudha Dharma Nararya
• Bintang Kartika Eka Paksi Nararya
• Satya Lencana Dharma Bantala
• Satya Lencana Kesetiaan XXIV
• Satya Lencana Kesetiaan XVI
• Satya Lencana Kesetiaan VIII
• Satya Lencana Dwidja Sistha
• Satya Lencana Dharma Nusa
• Satya Lencana Wira Siaga
• Satya Lencana Ksatria Yudha
• Satya Lencana Wira Karya
Menurut Kepala Staf Kepresidenan yang juga mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Moeldoko, Letjen Doni punya track record yang bagus.
“Hampir semua orang mengetahui track record-nya. (Doni) banyak inisiatif,” terang Moeldoko di gedung Sekretariat Kabinet, Jakarta Pusat, Kamis (3/1/2019).
Sebelumnya, pelantikan Doni Monardo sebagai Kepala BNPB sempat tertunda, karena ada aturan yang diperbaiki. Selama ini, kata Moeldoko, BNPB bertanggung jawab langsung di bawah Presiden berdasarkan Perpres Nomor 8 Tahun 2008. Nantinya, BNPB akan berada di bawah tanggung jawab Menteri Koordinator Politik Hukum dan Ham (Menko Polhukam) terkait tanggap darurat kebencanaan. (MRZ)