Sebanyak 657 batang bunga Tulip dan Anggrek, 142,98 kilogram buah strawberry dan 17 kemasan bunga tulip, bibit lilium, bibit paeomia dan bibit syngonium senilai Rp148 juta dimusnahkan.
Pemusnahan komoditas pertanian asal tumbuhan yang berasal dari berbagai negara seperti Belanda, Korea Selatan, Thailand, China, Jepang, Nigeria dan Malaysia itu dilakukan dengan cara dibakar menggunakan mesin incenerator di Instalasi Karantina Pertanian Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Selasa (16/8/2022).
Kepala Pusat Kepatuhan, Kerjasama, dan Informasi Perkarantinanaan badan Karantina Pertanian, Junaidi mengatakan, komoditas pertanian tersebut harus dimusnahkan lantaran pemasukannya tidak sesuai dengan ketentuan kekarantinaan alias ilegal.
“Sesuai dengan UU Nomor 21 Tahun 2019, komoditas pertanian yang masuk kewilayah NKRI wajib dilengkapi sertifikat kesehatan dari Negara asal serta dokumen lain yang dipersyaratkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku,” ujar Junaidi.
Dia menjelaskan, komoditas pertanian dari luar negeri itu juga diduga merupakan Media Pembawa (MP) Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) serta Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK).
“MP HPHK dan OPTK tersebut masuk dari berbagai negara dan tidak dilengkapi dengan dokumen kesehatan dari Negara asal yang dipersyaratkan dalam UU Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan,” jelas Junaidi.
Pada kesempatan yang sama, Plt Kepala BBKP Soekarno Hatta Imam Djajadi menambahkan, pihaknya juga turut memusnahkan komoditas pertanian asal hewan yang dimusnahkan berupa Burung, Daging babi, Kecoa, Kumbang, Kura-kura, Tarantula, Telur Ayam, Telur burung Love bird serta telur.
Media Pembawa tersebut berasal dari berbagai negara seperti Hongkong, India, Jepang, Jerman, Malaysia, Mesir, Singapura, Spanyol, Thailand, Turki, UEA dan Qatar serta dari berbagai daerah di Indonesia yaitu Banyuwangi dan Medan.
“Total komoditas hewan yang dimusnahkan sebanyak 1191 butir, 71 ekor, 7,4 kg serta 3 kemasan dengan total nilai Rp116 juta,” ujar Imam.
Pastikan Sehat dan Aman
Secara terpisah, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Bambang mengapresiasi temuan komoditas pertanian impor illegal yang berhasil dihadang masuk ke wilayah Indonesia oleh Karantina Pertanian Soekarno Hatta.
Kerugian akibat masuknya hama penyakit hewan dan tumbuhan ke Indonesia tidak hanya dalam hitungan nilai komoditasnya, namun juga potensi kerugian ekonomi akibat penurunan produksi, upaya eliminasi, dampak bagi petani dan juga adanya potensi membahayakan bagi kesehatan masyakarat, tambahnya.
“Ini sangat berbahaya apalagi saat ini kita sedang menggalakan peningkatan ekspor pertanian. Untuk itu bagi para importir atau masyarakat yang memasukan komoditas pertanian asal luar negeri, pastikan komoditas tersebut sehat, aman dan telah memenuhi persyaratan sanitari dan fitosanitari serta protokol impor negara kita,” tutur Bambang.
Dunia Internasional Akui Tiga Tahun Indonesia Swasembada Beras
Lembaga Internasional, Pusat penelitian beras dunia, International Rice Research Institute (IRRI) memberikan penghargaan terhadap Republik Indonesia yang selama tiga tahun terakhir mampu mencapai swasembada beras secara berturut-turut. Pengharagaan ini diterima langsung oleh Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta.
IRRI menilai, Indonesia mencapai swasembada karena mampu memenuhi kebutuhan pangan pokok domestik dalam hal ini beras lebih dari 90 persen. Diketahui, produksi beras nasional dari tahun 2019 konsisten beradi di angka 31,3 juta ton sehingga berdasarkan hitungan BPS jumlah stok akhir di bulan April 2022 tertinggi di angka 10,2 juta ton.
“Dan kalau ditanya barangnya ada di mana? ya ada di masyarakat, di petani, di restoran-restoran dan juga juga di Bulog. Plus beberapa di industri-industri pangan. Inilah yang menyebabkan kenapa Indonesia dinilai memiliki sistem ketahanan pangan yang baik dan sudah mencapai swasembada pangan,” ujar Presiden, Minggu, 14 Agustus 2022 lalu.
Presiden mengatakan, di tengah ancaman krisis pangan di tingkat global, pemerintah Indonesia terus berkomitmen meningkatkan produksi nasional dan menjamin ketercukupan pangan di dalam negeri sekaligus memberikan kontribusi bagi kondisi pangan internasional.
“Terimaksih yang sebesar-besarnya kepada pelaku dan bekerja di sawah, para petani Indonesia atas kerja kerasnya, tentu saja Bupati, gubernur dan jajaran Kementerian Pertanian (Kementan) yang semuanya bekerja sama dengan riset-riset dari universitas perguruan tinggi yang kita miliki. Ini adalah kerja yang terintegrasi dan kerja gotong royong,” katanya. (Rmt)