Beranda Berita Marak Kasus DBD, Dinkes Tangsel Berupaya Cegah dan Putus Mata Rantai

Marak Kasus DBD, Dinkes Tangsel Berupaya Cegah dan Putus Mata Rantai

0

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) terus berupaya melakukan pencegahan dan pemutusan mata rantai kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)

Hal itu dikarenakan Kota Tangerang Selatan telah dinyatakan sebagai daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD).

Penetapan ini didasarkan pada kenyataan bahwa dalam tiga tahun terakhir, selalu ada kasus DBD yang terdeteksi.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangsel, dr. Allin Hendarlin mengatakan, dari 1 Januari hingga 11 Mei 2024, kota ini mencatatkan 461 kasus DBD tanpa ada kematian. Sementara, pada tahun 2023, tercatat 420 kasus DBD, juga tanpa adanya korban jiwa.

“Dari perbandingan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kasus DBD pada 2024 mengalami peningkatan dibandingkan dengan 2023,” kata dr. Allin pada Minggu, (12/5/2024).

Berdasarkan laporan bulanan, Januari tercatat 70 kasus, Februari 131 kasus, Maret 167 kasus, April 71 kasus, dan pada minggu kedua Mei terdapat 22 kasus.

Meski demikian, dikatakan dr. Allin, data tersebut menunjukkan bahwa pada bulan April dan Mei, kasus DBD sudah dapat dikendalikan.

“Dari data yang ada, Kecamatan Pamulang mencatatkan kasus tertinggi antara 1 Januari hingga 11 Mei 2024 dengan jumlah 91 kasus, diikuti oleh Kecamatan Serpong dengan 86 kasus, Kecamatan Ciputat dengan 73 kasus, dan Kecamatan Pondok Aren dengan 65 kasus. Sedangkan Kecamatan Serpong Utara melaporkan 63 kasus, Kecamatan Setu 42 kasus, dan Kecamatan Ciputat Timur 41 kasus,” tambahnya.

Untuk menanggulangi penyebaran DBD, Dinas Kesehatan Kota Tangsel telah melaksanakan berbagai upaya pencegahan dan pemutusan mata rantai penularan.

“Dinas Kesehatan Kota Tangsel melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan metode 3M plus, yakni menguras, menutup, dan mendaur ulang, serta program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Sementara itu, untuk pemutusan mata rantai penularan, kami juga melakukan penyemprotan fogging pada wilayah-wilayah yang terjadi penularan, sesuai dengan hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan oleh petugas puskesmas dan koordinator jumantik di masing-masing wilayah,” jelas dr. Allin.

Upaya-upaya yang telah dilakukan pada bulan April dan minggu kedua Mei mencakup pemberian larvasida selektif di daerah endemis DBD, fogging fokus, penyuluhan tentang DBD, rapat jumantik, rapat Pokja dan Pokjanal DBD, serta sertifikasi RW bebas jentik di beberapa wilayah seperti RW.07 Kelurahan Ciater, RW.07 Kelurahan Serpong, dan RW.01 Kelurahan Serpong.

Berdasarkan data lima tahun terakhir, tren kasus DBD di Tangsel menunjukkan peningkatan selama musim hujan, yaitu antara bulan Desember hingga April.

“Pada musim hujan, jentik nyamuk banyak ditemukan di genangan-genangan air bersih di luar rumah, seperti tatakan pot bunga, barang bekas, daun pohon yang menampung air, serta tempat-tempat lain yang dapat menampung air hujan,” ungkap dr. Allin.

Untuk itu, dr. Allin mengimbau seluruh masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara 3M plus dan menghindari gigitan nyamuk, serta mengikuti Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) minimal satu kali seminggu di rumah masing-masing.

“Langkah ini sangat penting untuk mengurangi angka kasus DBD dan menjaga kualitas hidup serta kesehatan masyarakat di Kota Tangsel,” tutup dr. Allin.