Puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2018 betul-betul beda dan meriah. Penanggungjawab HPN yang juga Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) candain Presiden Jokowi bisa hadiri HPN enam kali lagi, dan Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno sampaikan pidatonya dengan berpantun.
Pidato sambutan Gubernur Irwan Prayitno pada acara puncak peringatan HPN 2018 di Danau Cimpago, Pantai Padang membuat hadirin kagum dan meresponnya dengan gelak tawa dan tepuk tangan. Pidato kali ini disampaikan utuh dengan berpantun. Berikut selengkapnya pantun peraih rekor MURI Pejabat Paling Banyak Menciptakan Pantun itu:
Badan melenggok tangan gemulai.
Langkah serasi dengan iramanya.
Dengan Alhamdulillah sambutan dimulai.
Shalawat kepada Nabi susulannya.
Di dalam sangkar burung tekukur.
Bangun pagi, burung diurus.
Setiap waktu kita selalu bersukur.
Nikmat Allah bertambah terus.
Mobil dibeli ternyata inden.
Pedagang memandu secara santun.
Ma’af diminta kepada Bapak Presiden.
Menyampaikan sambutan dalam bentuk pantun.
Katanya bersih dengan pepsoden.
Rumput banto tak lagi berguna.
Selamat datang Bapak Presiden.
Di Sumatera Barat “Rancak Bana”.
Sore hari memasang lukah.
Sambil di sawah mencari lengkitang.
Hari ini Sumbar mendapat berkah.
Bapak Jokowi telah datang.
Selalu dicari kuliner Rendang.
Dibawa oleh-oleh untuk dibagi.
Sudah tiga hari Bapak di Padang.
Kalau boleh, tambahlah sehari lagi.
Datang jauh dari Fak-Fak.
Menjelang malam baru mendarat.
Semua menerima kehadiran Bapak.
Seluruh masyarakat Sumatera Barat.
Memang hitam warnanya rambut.
Tidaklah sama dengan bulu kuda.
Tamu datang semua kami sambut.
Seluruh tamu tidaklah berbeda.
Terang cahayanya Bulan Purnama.
Duduk di taman seorang diri.
Ada yang tidak tersebut nama.
Ma’af diminta sepuluh jari.
Masih subsidi harganya solar.
Tentu masyarakat yang berekonomi lemah.
Tiap tahun HPN digelar.
Alhamdulillah Sumbar.sebagai tuan rumah.
Salam perdana tak saling kenal.
Di dalam hati tetap disimpan.
Selamat Hari Pers Nasional.
Semoga pers semakin maju ke depan.
Dari Bali hendak ke Banyuwangi.
Naik ke kapal, mobil soluna.
Satu hal yang rakyat paling disenangi.
Penampilan Bapak yang sederhana.
Sumatera Barat Nagari Madani.
Narkoba dan maksiat selalu diperangi.
Bapak Presiden memimpin dgn.nurani.
Rakyat kecilpun tetap Bapak sambangi.
Ada suku Jawa, ada Sunda.
Tetap sehari hari membeli beras
Tak pernah Bapak memandang beda.
Walau berlain Agama, Suku, dan Ras
Kini merah warnanya gorden.
Dengan cat rumah biar cocok.
Mereka ingin bertemu Bapak Presiden.
Apalagi mereka yg tinggal jauh di pelosok.
Dielu-elukan oleh semua kalangan
Rakyat biasa juga kaum adat
Protokoler tidak jadi halangan
Tetap tersenyum menyapa masyarakat
Pak Presiden memang bijaksana
Membawa Indonesia semakin jaya
Tak kenal lelah beranjangsana
Itulah beliau, punya karakter dan budaya
Mendayung sampan menyeberangi kanal.
Pergi ke ladang menjelang pagi.
Bapak ke Padang di Hari Pers Nasional.
KIP dan Sertifikat tanah dibagi-bagi.
Ramai-ramai menonton karapan.
Melihat dekat tidaklah dapat.
Ada Program Keluarga Harapan.
Semua bantuan terasa manfaat
Pengganti lampu ambil lentera.
Kepada gelap janganlah takut.
Inshaa Allah rakyat akan sejahtera.
Jika program ini terus berlanjut.
Nampak Jam Gadang dari Biaro.
Capek berjalan duduk di gardu.
Ada Rohana Kudus ada Adinegoro.
Ada Rosihan Anwar dan Marthias Pandoe.
Ada Hatta, Natsir, Syahrir dan Tan Malaka
Juga ada M Yamin, Agus Salim dan Hamka
Mereka penulis dan Jurnalis terkemuka
Karyanya banyak dibaca dan disuka
Dapat ikan dijerat-jerat.
Pulang ke rumah menjelang Isya.
Itulah wartawan asal Sumatera Barat.
Beliau-beliau sangatlah berjasa.
Dari Bandung ke Sukabumi.
Rencana terus ke Sunda Kelapa.
Wartawan adalah mitra kami.
Tanpa wartawan kami taklah apa-apa.
Rencana menonton pertandingan final.
Menonton pemain yang punya talenta.
Jadilah wartawan seorang profesional.
Bertanggung jawab dan objektif dalam berita.
Kapal merapat menjelang senja.
Tali sauh memang sudah ditarik.
Jangan hadir di acara HPN saja.
Banyak lagi di Sumbar yang menarik.
Makan bersama “Makan Bajamba”.
Mungkin pertama baru berjumpa.
Banyak kuliner yang belum dicoba.
Mencicipi rendang janganlah lupa.
Ada legenda si “Malin Kundang”.
Pahami ceritanya secara jeli.
Dua rasa masakan Padang.
Terasa enak dan enak sekali.
Anak kucing dielus-elus.
Terkejut melompat si kucing belang.
Ada songket tenunannya halus.
Jangan lupa dibawa pulang.
Lagunya enak sijali-jali.
Lagu ini terasa abadi.
Banyak oleh-oleh bisa dibeli.
Tak ada uang, kartu kreditpun jadi.
Tangkapan terbawa, hanyalah udang.
Terasa nelayan nasibnya malang.
Habiskan dulu uang di Padang.
Barulah bergegas segera pulang.
Sudah tinggi rumput ilalang.
Lahannya luas kini terhampar.
Jangan buru-buru untuk pulang.
Kunjungi jugalah destinasi wisata di Sumbar.
Nampak lurus si pohon pinang.
Kesana terbangnya si kunang-kunang.
Selamat berjalan2 di Ranah Minang.
Semoga Sumbar selalu dikenang.
Dipesan semangkok bakso urat.
Bakso urat banyak diminati.
Datanglah lagi ke Sumatera Barat.
Kami tunggu dengan senang hati.
Kerongkongan sakit karena sariawan.
Minum susah apalagi makan.
Tetaplah jaya para wartawan.
Kritik membangun kami nantikan.
Tak ada ayam gorenglah sarden.
Ada di lemari pisau belati.
Selamat jalan Bapak Presiden.
Letih kamipun telah terobati.
Memang merah warnanya fanta.
Merah putih warna bendera.
Semoga selamat, sampai di Jakarta.
Melaksanakan kembali, tugas-tugas Negara.
Memang mirip si anak kembar.
Kemana pergi tak bisa dipisahkan
Do’a tulus kami masyarakat Sumbar.
Semoga Bapak tetap sukses, memimpin ke depan.
Dulu berbukit kinipun rata.
Tanah bukit kini diolah.
Beribu ma’af kami minta.
Kalau ada, kata yang salah.
Ambil penerang hidupkanlah suluh.
Untuk mencari sandal yang hilang.
Kami susun jari sepuluh.
Jangan luka dibawa pulang.
Di pantai Padang udaranya bersih.
Gunung Padang nampak dari jauh.
Cukup sekian dan terima kasih.
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. (rls/ed)