Beranda Berita Menhan: Our Eyes Initiative Perkuat Hubungan Regional dalam Melawan Ancaman Terorisme

Menhan: Our Eyes Initiative Perkuat Hubungan Regional dalam Melawan Ancaman Terorisme

0

Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu, mengatakan, pada pertemuan ke-5 Menteri Pertahanan ASEAN (ASEAN Defence Ministers’ Meeting/ADMM) di Singapura pada Jum’at, 19 Oktober 2018, para Menteri Pertahanan dari sepuluh negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) mengadopsi Inisiatif Mata Bersama atau Our Eyes Initiative (OEI). Delapan mitra-mitra ASEAN pun mengakui platform ini, yang merupakan wadah pertukaran informasi strategis di antara negara-negara ASEAN dalam bidang terorisme, radikalisme, dan ekstremisme kekerasan, serta ancaman non-tradisional lain di wilayah ini.

Setelah pengambilalihan Marawi pada Mei 2017, Menteri Pertahanan Indonesia, Ryamizard Ryacudu, mengembangkan OEI untuk mendukung pemerintah regional melawan landskap ancaman Islamic State (IS) sentris. Indonesia juga berkolaborasi dengan Filipina dan Malaysia untuk mengamankan perairan Sulu dengan meluncurkan sebuah Perjanjian Kerjasama Trilateral (Trilateral Cooperative Agreement/TCA) tahun 2017, melalui patroli maritim yang diluncurkan pada Juni, patroli udara pada Oktober, dan pelatihan angkatan darat pada November, serta integrasi bertahap Singapura dan Brunei sebagai negara-negara pengamat.

Sebagai negara-negara pendiri, Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, Brunei dan Thailand berkolaborasi dalam OEI sejak Januari 2018. Selanjutnya, seluruh negara ASEAN kemudian bergabung pada bulan Oktober 2018. Walaupun OEI secara informal telah beroperasi sejak 2017 dan secara formal bertukar informasi sejak Januari 2018, fase selanjutnya adalah membangun arsitektur federasi. Amerika Serikat (AS), Selandia Baru, dan Jepang, juga telah mengekspresikan dukungan untuk bergabung dengan OEI dan berjanji memberikan dukungan termasuk bantuan untuk membangun OEI.

“Hari ini, wilayah ini mengakui bahwa kerjasama internasional, terutama dalam hal pertukaran dan pembagian informasi, merupakan elemen penting dalam melawan terorisme. Meningkatnya ancaman dari sebuah nukleus IS di Filipina beserta ancaman kombatan asing yang kembali dari teater di Timur Tengah, Afrika, dan Asia, menyebabkan kebutuhan untuk bekerja bersama dalam bidang pertahanan, militer, dan penegakkan hukum serta intelijen menjadi jauh lebih penting daripada sebelumnya,” kata Menhan Ryamizard dalam keterangan pers yang diterima tangerangonline.id, Minggu, (21/10/18).

Menhan Ryamizard, menjelaskan, pertukaran informasi biasanya terjadi pada basis bilateral – dimana terjadi pertukaran informasi yang relevan diantara kedua negara tersebut. Suatu perkecualian adalah Komunitas Five Eyes, yang merupakan platform pertukaran intelijen antara AS, Inggris, Australia, Kanada, dan Selandia Baru, dimana agensi dari negara-negara tersebut bekerja sama jauh melebihi batas tradisional geografis.

OEI adalah kemitraan yang berfokus pada masa depan yang akan merevolusikan kemampuan negara-negara Asia Tengara untuk melawan ancaman terorisme, terutama dalam hal kombatan asing. Aksi seperti patroli gabungan di Laut Sulu-Sulawesi telah memitigasi resiko terorisme di wilayah ini.

Inisiatif OEI merupakan respon kritis terhadap meningkatnya ancaman ektremisme dan terorisme regional, setelah ekspansi IS di wilayah ini. Akan ada tantangan-tantangan untuk bekerja sama, namun keinginan dari para pemimpin pemerintahan untuk mengatasi hambatan tradisional dan memperluas kerjasama operasional internasional, mempunyai potensi untuk mengubah landskap kontra terorisme di Asia, dengan mencegah insiden seperti Marawi terjadi lagi.

OEI merepresentasikan waktu yang unik untuk berekspansi di luar kerjasama pertahanan dan militer, menjadi koloborasi dengan penegak hukum dan agensi keamanan nasional. Kerjasama dalam hal patroli bersama dan pertukaran informasi regular merupakan hal yang penting, tetapi hal yang sama pentingnya adalah koordinasi efektif dan pertukaran informasi dalam bidang intelijen kontra terorisme dan penegakkan hukum.

“Hanya dengan menjalin kerjasama pada level intelijen dan penegakkan hukum, negara-negara anggota akan mempunyai kemampuan untuk secara proaktif mengidentifikasi dan mengganggu aktivitas ekstremisme dan terorisme, sebelum kegiatan-kegiatan tersebut menjadi ancaman, atau merengut nyawa,” jelas Menhan.

Pertukaran intelijen pada level strategis, operasional, dan taktis akan menciptakan kapabilitas yang kuat, lintas batas, sehingga plot-plot teroris akan berhasil dinetralisasi sejak dini.

Ia mengatakan, mengintegrasikan kapabilitas yang besar dari agensi intelijen dan otoritas penegakkan hukum akan memungkinkan pencegahan aksi terorisme pada berbagai tahap, dari mulai rekrutmen dan radikalisasi anggota sampai pelatihan dan perencanaan serangan, serta pendanaan teroris, perjalanan internasional, dan terjadinya serangan tersebut.

Dengan melibatkan spektrum penuh respon kontra-terorisme – intelijen, penegakkan hukum, pertahanan, dan militer – OEI akan menjadi usaha kontra-terorisme internasional pertama di dunia yang akan membuat setiap negara anggota, dan Asia Tenggara, menjadi tempat yang lebih aman dan stabil.

“Dengan petunjuk dari kementerian tiap negara dan ahli kontra-terorisme internasional, Our Eyes Initiative akan memperkuat hubungan regional dan pada saat yang bersamaan, melawan ancaman terorisme yang semakin meningkat,” demikian dikatakan Menhan Ryamizard. (MRZ)