Makmun, ayah pasien DBD di RS Hermina Buaran bernama Muniroh (19), membenarkan keinginannya untuk memindahkan sang anak ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tangsel. Namun dia meluruskan informasi, kepindahan tersebut lebih dikarenakan kekhawatiran dirinya terkait biaya pengobatan pasien terbilang besar.
Setahu dirinya, pengobatan di rumah sakit swasta sangat mahal dibanding rumah sakit milik pemerintah. “Sudah dirawat seminggu biaya sudah Rp 40 jutaan,” ungkap Ma’mun saat ditemui tangerangonline.id di RS Hermina.
Sedangkan terkait informasi anak gadisnya yang hingga kini masih tertahan di ICU RS Hermina, Makmun menegaskan, bukan gegara belum melunasi biaya pengobatan kepada pihak rumah sakit. Justru, pihaknya mendapatkan saran dari RS untuk penanganan intensif terhadap sakit paru-paru Muniroh tetap dilakukan. Sebab, Muniroh bukan cuma menderita DBD.

“Dia (Muniroh) juga sakit paru-paru kalau pindah di RSUD takut alatnya gak ada, tapi kalau disini biayanya yang mahal,” tuturnya memelas.
Meski sebelumnya, warga telah melakukan penggalangan dana namun hal itu tidak cukup untuk membiayai perawatannya. Hal ini juga yang membuat Ma’mun kebingungan, sebab apabila anaknya dipindahkan di RSUD Tangsel, dirinya khawatir peralatan penunjang perawatan kesehatan anaknya kurang memadai. Sedangkan RS Hermina memadai, tetapi biaya dirasakan olehnya cukup mahal.
Sementara kembali ditanyakan terkait pemindahan perawatan Muniroh dari rumah sakit Hermina ke RSUD Tangsel yang sebelumnya diduga tertahan akibat biaya perawatan belum terlunasi, Makmun membeberkan, pihak RS Hermina tetap memberi kebebasan kepada keluarga. (Baca Terkait: swadaya kumpulkan dana)
“Kalau kata pihak rumah sakit, semua kembali ke pihak keluarga,” ujar warga RT 03, RW 01 Kelurahan Muncul, Setu, mengamini penjelasan dari rumah sakit.
Hingga saat ini, Ma’mun berharap persoalan biaya perawatan anaknya dapat dimudahkan agar kesehatan anaknya cepat membaik. (abi)