Panunggangan Barat adalah salah satu wilayah yang berada di Kecamatan Cibodas, Kota Tangerang yang terbentang melintasi sungai Cisadane dan Jalan Tol Jakarta-Merak.
Tahukah anda sejarah dari sebuah nama Panunggangan Barat tersebut? Panunggangan menurut bahasa Sunda mempunyai arti penunggang, yang menurut tokoh masyarakat asli di Panunggangan adalah dahulunya tempat para penunggang kuda. Sedangkan barat berarti sebagai penunjuk arah mata angin, yang menandakan letak suatu tempat.
Ahyar Haerudin, selaku Lurah Panunggangan Barat menjelaskan, Panunggangan Barat dahulunya pada zaman penyebaran agama Islam adalah sebagai tempat para penunggang kuda atau yang disebut para pasukan berkuda Kesultanan Banten.
Hal ini diperkuat dengan adanya dua situs bersejarah peninggalan Kesultanan Banten, yaitu patilasan Syekh Mansyur dan makam Mbah Jenggot yang letaknya tidak jauh dari perumahan Lippo Group. Kedua tempat tersebut ramai dikunjungi pada saat-saat tertentu oleh para wisatawan rohani, untuk melakukan ziarah atau sekadar mengirimkan doa.
“Disini juga ada situs bersejarah peninggalan Kesultanan Banten, yang terkenal dengan sebutan Petilasan Syekh Mansyur dan Makam Mbah Jenggot,” jelas Ahyar kepada tangerangonline.id, Rabu (16/03/2016).
Bukti-bukti tersebut semakin meyakinkan, Panunggangan Barat adalah sebuah tempat yang pada zaman dahulunya adalah sebagai tempat berlatih atau tinggal para pasukan berkuda Kesultanan Banten.
Seiring perkembangan zaman, kini, Panunggangan Barat telah berubah menjadi kawasan berkembang yang di dalamnya terdapat Pabrik-Pabrik, Perumahan dan Pusat Perbelanjaan. Warga sekitar yang dahulunya sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, kini sudah beralih profesi menjadi pedagang dan buruh pabrik di daerah setempat.
Berdasarkan informasi, Panunggangan Barat kini dihuni kurang lebih sekitar 26.837 jiwa yang sebagian besar warganya berprofesi sebagai pedagang dan buruh pabrik. (Acp)