Tahu Gejrot adalah makanan tradisional yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. Tren itu menjadikan Dapur Raju tidak perlu ekstra mempromosikan produk Tahu Gejrotnya agar dikenal masyarakat, Rabu (30/3/2016).
Namun kebanyakan pengusaha kuliner tradisional tidak memiliki kelengkapan administrasi seperti sertifikat halal, badan hukum, surat izin usaha dan sebagainya. Sehingga pemasarannyapun terbatas. Hanya menyentuh pasar menengah ke bawah.
“Saya berencana akan menyelesaikan administrasi secara lengkap dalam jangka waktu 2 sampai 3 bulan ke depan, termasuk sertifikasi halalnya,” ujar Rahmah Yulia, owner Tahu Gejrot Dapur Raju saat dijumpai oleh tangerangonline.id di rumahnya Jalan Kemandoran 4, Kedaung, Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel).
Sejatinya, tanpa ada sertifikasi halal, para konsumen sudah tahu kualitas halal yang terdapat pada tahu gejrot. “bahan-bahan tahu gejrot kan udah umum, cabe, bawang, tahu. Orang juga udah pada ngerti. Tapi bukan itu tujuannya sertifikasi halal. Kami ingin masuk ke hotel, perkantoran, dan tender lainnya. Itu kan butuh sertifikasi halal buat legalitas,” tegasnya.
Dalam menjalankan usaha Tahu Gejrot, Rahmah memperoleh berbagai macam ilmu dan strategi marketingnya dari komunitas pengusaha yang Rahmah ikuti. “awalnya saya ikut komunitas pengusaha Tangsel, banyak banget manfaat yang saya dapatkan. Mulai dari packaging (pengemasan), marketing, produksi, dan masih banyak lagi,” bebernya.
Tahu Gejrot Dapur Raju membuka gerainya dengan gerobak, sambung Rahmah, lokasi mangkalnya berada di depan mini market di Jalan H. Taip. “kalo yang pake gerobak itu paman saya yang dagang, saya megang yang PO (Pre-Order atau pesanan),” tuturnya.
Dalam seminggu, Rahmah bisa menjual hingga 200 porsi. Harga yang dibanderol Rp 7 ribu per porsi. “200 porsi per minggu itu hanya yang PO aja, belum termasuk penjualan yang di gerobak,” selorohnya.
Keunggulan Tahu Gejrot buatan Rahmah ada pada kualitas tahunya. Rahmah mengaku memproduksi tahunya mulai dari mentah hingga matang.
“Tahu gejrot kan pake tahu goreng ya. Biasanya pedagang tahu gejrot itu gak mau repot. Dia langsung beli mateng di pasar. Beda ama saya, saya sendiri yang menggoreng tahunya. Minyak gorengnya pun saya pake yang bagus,” paparnya.
Selain menggunakan minyak goreng berkualitas, Rahmah juga membeli tahu mentahnya di pabrik yang biasa mendistribusikan tahunya ke supermarket.
“Tahu mentah saya gak ada di pasar (tradisional), nggak laku, kemahalan soalnya. Tahu saya ini tahu yang biasa dijumpai di supermarket. Nah berhubung saya kenal sama yang punya pabriknya, jadi saya bisa dapet dengan harga miring,” tutupya. (Muf)