Ciputat, kota kecil sejuta cerita, termasuk cerita sejarah di salah satu kelurahannya yakni Legoso.
Legoso, Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) dulu dan sekarang sangat berbeda. Begitulah penuturan Kepala Seksi (Kasie) Pemerintahan Kelurahan Pisangan sekaligus warga pribumi sejak 1963, Sam. Sewaktu kecil, dirinya rutin mengantar makan siang untuk Ayahnya yang seorang petani.
“Setiap jam 12 siang nganter nasi untuk orang tua, ikut ngangon kerbau juga,” kenangnya ketika ditemui tangerangonline.id.
Selain mengantar makanan, hal yang sangat berkesan bagi Sam tentang tempat tinggalnya dulu ketika dirinya mencari ikan seusai pulang sekolah dan mandi di Situ Kuru dan Situ Gintung.
“Waktu Sekolah Dasar (SD) nyari ikan, airnya masih jernih. Kalau mandi enak. Udara juga enak masih banyak pohon,” kenangnya lagi.
Sam bercerita, Legoso dulu penuh dengan hamparan sawah yang luas. Kendaraan pun menggunakan delman. Hiburan yang sering ditontonnya seperti lenong dan layar tancap. Perihal nama, Sam berkata bila Legoso kemungkinan diambil dari bahasa Jawa, yakni Lego yang berarti beli.
Perubahan Legoso terjadi signifikan setelah tahun 1980. Pemekaran wilayah membuat alamat rumahnya berubah dari Jalan Ciputat Raya, Legoso menjadi Jalan Ir H Juanda, Pisangan.
“Sekarang sawah sudah tidak ada, berubah jadi perumahan dan komplek. Situ airnya juga keruh,” kata Kasie Pemerintahan Kelurahan Pisangan sejak 1997 itu.
Perubahan selanjutnya yang diceritakan oleh Sam yakni jalanan macet, banyak sampah, suara bising kendaraan serta rasa paguyuban antar masyarakatnya berkurang.
“Penduduknya majemuk karena ada pendatang juga. Yaa.. Sekarang banyak perubahan,” tutup pria 53 tahun ini. (Ayu)