Oleh: Mirza
Pagi itu, 4 Desember 2023, langit tampak cerah dan sinar mentari menyiram Markas Besar TNI Angkatan Udara (Mabes TNI AU). Para tamu undangan masuk satu persatu usai mengisi buku tamu menuju Gedung Auditorium Ignatius Dewanto (IG Dewanto). Mereka terdiri dari para media massa dan para perwira TNI AU.
Tak lama, Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, tiba di gedung itu dan disambut Pangkoopsudnas Marsekal Madya TNI Tedi Rizalihadi, Kadispenau Marsma TNI R Agung Sasongkojati (Sharky) dan pejabat lainnya. Orang nomor satu di TNI AU itu duduk dan berbincang sejenak dengan para perwira tinggi, lalu keluar lagi dan tak lupa menyalami tamu undangan, termasuk menyalami tangerangonline.id.
Kasau rupanya menjemput tamunya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi dan Direksi PT Pos Indonesia. Mereka menuruni anak tangga dan memasuki ruangan menuju kursi dengan meja bundar paling depan, diiringi para perwira tinggi TNI AU dan pejabat Kominfo dan PT Pos Indonesia.
Aroma mewangi menyeruak dimeja bundar tempat para tamu undangan duduk. Aroma itu berasal dari bunga-bunga yang diletakkan dalam pot kecil. Kotak-kotak kecil berisi makanan ringan dan buah-buahan serta air mineral terhidang di meja itu.
Acara pun segera dimulai. Lagu Indonesia Raya dikumandangkan dan hadirin diminta berdiri, saat “Master of Ceremony” (MC) Lettu Pnb Sandro Imeldo dan Sertu Ani usai membacakan panduan acara. Seluruh peserta menyanyikan lagu kebangsaan itu dengan suara lantang ciri khas seorang militer yang gagah berani. Usai menyanyikan lagu itu, acara dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin Kolonel Sus Mutaqqin yang kesehariannya menjabat sebagai Kasubdisbinroh Disbintalidau.
Hari itu, merupakan hari yang bersejarah, dimana TNI AU bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan PT Pos Indonesia menerbitkan prangko dengan tema “Pahlawan Nasional TNI Angkatan Udara”. Penerbitan seri pahlawan nasional dari TNI AU itu dilakukan sebagai wujud penghargaan pemerintah Indonesia kepada para tokoh pejuang TNI AU yang telah berjuang dengan jiwa raganya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Diharapkan semangat perjuangan dan pengabdiannya menjadi inspirasi bagi generasi-generasi muda Indonesia.
Prangko empat pahlawan nasional TNI AU adalah pertama, Marsda TNI Anumerta Agustinus Adisutjipto yang lahir di Salatiga, 4 Juli 1916. Pada Agustus 1945, Adisutjipto bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Jawatan Penerbangan Maguwo. Pada 2 Oktober 1945, ia berhasil menerbangkan Pesawat Cureng dengan logo merah putih diatas langit Yogyakarta.
Lalu, pada 15 Nopember 1945 ia mendirikan Sekolah Penerbang Maguwo dan sekaligus sebagai instrukturnya. Pada 9 April 1948 dikeluarkan Penetapan Pemreintah No 8/SD Tahun 1946 tentang pembentukan TRI AU, dimana Adisutjipto diangkat sebagai Wakil Kepala Staf II merangkap Kepala Sekolah Penerbang Maguwo dan Kepala Bidang Pendidikan TRI AU (TRI merupakan peningkatan dari nama TKR). Saat menjalankan tugas negara, Adisutjipto gugur. Pesawat Dakota VT-CLA yang ditumpanginya dalam misi kemanusiaan ditembak Pesawat Kittyhawk milik Belanda.
Kedua, Marsda TNI Anumerta Halim Perdanakusuma. Ia lahir di Sampang Madura, 18 Nopember 1922. Setelah perang dunia kedua berakhir, Halim kembali ke Jakarta dan bergabung dengan TRI AU untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan dan membangun Angkatan Udara. Pada Juli 1947, Halim menyusun operasi serangan udara pertama ke kedudukan Belanda di Semarang, Salatiga dan Ambarawa. Halim gugur saat menjalankan misi keluar negeri untuk penjajakan pembelian pesawat dan senjata. Pesawatnya terjebak cuaca buruk dan jatuh di Labuhan Bilik Besar antara Tanjung Hantu dan Teluk Senangin (Malaysia) di Pantai Lumut.
Ketiga, Marsda TNI Anumerta Prof Dr Abdulrahman Saleh. Ia lahir di Jakarta, 1 Jui 1909. Sejak muda, Abdulrahman Saleh, aktif dalam kegiatan organisasi-organisasi pemuda dan mempelopori pendirian pemancar illegal, sehingga berhasil menyiarkan pidato Presiden Soekarno. Ketika menjadi Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Maospati, ia mendirikan Sekolah Radio Udara. Tak hanya itu, saat menjadi Danlanud Bugis Malang, ia mendirikan Sekolah Teknik Udara. Ia pun gugur bersama Adisutjipto saat pesawatnya ditembak Pesawat Kittyhawk Belanda.
Keempat, Marsma TNI Anumerta Iswahjudi. Ia lahir di Surabaya, 15 Juli 1918. Pada Desember 1945, Iswahjudi mengikuti pendidikan sekolah penerbang di Yogyakarta yang dipimpin Adisutjipto. Sebelumnya ia pernah mengikuti pendidikan sekolah penerbang “Militaire Luchhvart Opsleiding School” di Kalijati. Berbekal pengalamannya itu, dalam tempo tiga minggu ia berhasil menjadi penerbang handal dan diangkat sebagai instruktur penerbang. Iswahjudi kemudian selalu menjalankan misi-misi penerbangan percobaan,, demonstrasi dan terbang melaksanakan inspeksi-inspeksi ke pangkalan-pangkalan. Pada 14 Desember 1947 ia juga gugur bersama Halim Perdanakusuma dan Adisutjipto saat menjalankan misi keluar negeri tersebut.
Kasau Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, menyebutkan, para pahlawan nasional memiliki peran yang sangat penting dalam menorehkan tinta emas dan identitas jatidiri bangsa. Perjuangan para pahlawan memberikan inspirasi bagi semangat persatuan dan perjuangan generasi penerus dalam mengisi kemerdekaan bangsa dan pondasi dalam membangun negara.
“Para pahlawan telah memberikan kontribusi luar biasa dalam menjaga kedaulatan negara, melindungi wilayah udara dan mempertahankan keamanan dan keutuhan bangsa. Kehadiran mereka menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah dan semangat perjuangan TNI Angkatan Udara dalam menjaga kedaulatan dan keamanan negara,” ucap Kasau.
Dengan ketauladanan para pahlawan nasional TNI AU, diharapkan agar prajurit TNI AU dapat bekerja tanpa pamrih dalam setiap latihan maupun pelaksanaan tugas.
Kasau meyakini bahwa perjuangan di era informasi dalam beberapa dekade terakhir berada dalam kompleksitas dengan tantangan yang sangat berbeda dengan yang dihadapi sebelumnya. Untuk itu citra positif institusi mempunyai peran penting dalam mendukung tugas-tugas TNI Angkatan Udara.
“Untuk itu momentum peluncuran prangko ini hendaknya menjadi refleksi perjuangan dan ketauladanan tokoh pejuang TNI Angkatan Udara serta menjadi tolak ukur perjuangan dalam mengisi kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujar Marsekal TNI Fadjar Prasetyo.
Dijelaskan Kasau, sejatinya peluncuran prangko dilakukan bertepatan dengan hari pahlawan nasional 10 Nopember 2023, namun meski baru dilakukan peluncuran prangko pada Desember 2023 ini, diharapkan tidak mengurangi nilai dan makna penghormatan yang diberikan pada pahlawan TNI Angkatan Udara.
“Launching prangko pahlawan nasional TNI AU merupakan bukti konkrit penghargaan kepada para pendahulu Angkatan Udara yang telah berjasa mendirikan pondasi kokoh TNI Angkatan Udara,” pungkasnya.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi, menyampaikan, penerbitan prangko seri pahlawan nasional TNI AU agar masyarakat Indonesia tidak melupakan sejarah yang telah diperjuangkan para pahlawan nasional TNI AU.
Budi Arie Setiadi lalu membeberkan perjuangan keempat tokoh pahlawan nasional TNI AU dalam sepak terjangnya mempertahankan kedaulatan Indonesia hingga akhirnya gugur di medan tugas. Ia menerangkan bahwa dalam prangko pahlawan nasional Angkatan Udara merupakan prangko dengan penerapan prangko digital dan disematkan kode khusus yang dapat memberikan informasi lebih detail, bila dipindai dengan apikasi secara digital akan muncul latar belakang dan sejarah tokoh-tokoh pahlawan dari TNI Angkatan Udara.
“Kita sepatutnya bangga dengan prangko yang dipilih langsung TNI Angkatan Udara yang merupakan institusi kebanggaan bangsa Indonesia. Saya mengajak seluruh elemen bangsa untuk mendukung upaya peningkatan kualitas prangko dan berharap ada masukan-masukan tentang tema dalam seri penerbitan prangko kedepannya,” jelas Menkominfo Budi Arie Setiadi.(***)