Pohon aren dikenal sebagai salah satu pohon yang mempunyai kandungan gula. Cairan yang keluar dari potongan pelapah bunga aren ini disebut nira (bahan baku gula aren).
Tajudin, kakek berusia 63 tahun, merupakan salah seorang yang masih setia menjajakan minuman tuak aren. Ia biasa berjualan di sekitar Bumi Serpong Damai.
Kakek berasal dari Rangkasbitung, Banten itu sudah lama berjualan tuak.
“Dari dulu jaman saya ngejual 500 segelasnya, lupa tahun berapa dulu, udah puluhan tahun kali (jualannya),” katanya saat sedang berjualan di Jl. Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), Selasa (23/02/2016).
Ia menjelaskan cara pembuatan minuman yang disimpan dalam wadah bambu ini, yaitu Nira aren dicairkan dengan cara dimasak lalu disuling. Setelah pengolahan nira aren ditambahkan dengan es batu lalu dituang kedalam wadah yang terbuat dari sebilah bambu. “Nira arennya kudu (harus) cepat diolah kalau lama bisa asem,” tambahnya.
Ia juga mengatakan tuak aren adalah minuman tradisional khas Banten. Tuak ini tidak membuat mabuk. Tuak zaman dahulu menjadi minuman istimewa. Selain rasanya enak, Tuak aren bisa dibilang Minuman paling keren di zaman dahulu kala sebelum beraneka jenis dan rasa minuman sebanyak sekarang.
“Nenek saya mah dulu sering bikin tuak kalau lagi acara kumpul-kumpul di kampung,” kenangnya.
Tajudin menjual minuman dingin nan menyegarkan ini dengan harga 7 ribu satu gelasnya. Dalam sehari ia mampu menjual 15-30 gelas. Ia mendapat nira aren dari tetangganya petani aren di kampung halaman. (Bar)