Beranda Berita Kak Awam, Pendiri Kampung Dongeng dengan 5O Cabang se-Indonesia

Kak Awam, Pendiri Kampung Dongeng dengan 5O Cabang se-Indonesia

0

Suatu hari, ada seorang Ayah dengan anaknya mengobrol di teras rumah. Si Ayah berkata, “Eh, kemarin masa di dalam diri ayah ada yang berbicara seperti ini…””Ehm sudahlah, jangan masukan uangmu ke kotak amal itu” “Loh, memangnya kenapa?””Nanti uangmu habis” “Wah gabisa, aku mau berlomba karena aku harus mendapatkan pahala”

Itulah petikan dongeng yang diceritakan oleh Mochamad Awam Prakoso atau yang akrab dipanggil Kak Awam kepada tangerangonline.id.

Menurut Awam, dongeng singkat itu dapat memberikan nasihat bersedekah kepada anak dengan cara yang tidak murni dan berbeda.

“Mendidik anak tidak pernah mendengar kata selesai, tidak ada ilmu parenting. Perlu media persuasif,” ujarnya.

Awam merupakan pendiri kampung dongeng yang saat ini telah memiliki 50 cabang dan tersebar di kabupaten se-Indonesia.

Kiprahnya di dunia dongeng berawal dari keterlibatan Awam menjadi anggota teater sejak SMA sampai kuliah sehingga membuatnya percaya diri tampil di depan umum.

“Keliling ke daerah-daerah dan kampus-kampus buat nonton pentas. Karena itu saya belajar seni peran,” ujar Alumni SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta dan STIE Ahmad Dahlan Tangsel ini.

Kemudian, Awam mengintip kegiatan pemerhati anak seperti Seto Mulyadi dan Neno Warisman hingga pendongeng anak seperti Pak Raden. Sampai akhirnya melahirkan gaya dongengnya sendiri.

“Karena dongeng dan teater beda. Teater seni peran, kalau dongeng komunikasi persuasif dan harus mengetahui psikologi anak. Keduanya saya gabungkan,” ujarnya.

Hal utama yang melatar belakangi Awam selalu teringat dengan anak-anak karena Ia adalah anak kesayangan sejak kecil. Si bungsu dari 5 bersaudara ini tidak pernah merasa tersakiti oleh keluarga.

“Bapak saya orangnya ga pernah marah, pengasuhannya bener-bener. Cuman istighfar kalau sudah marah banget. Semua kakak saya juga begitu,” tuturnya.

Kemudian, Awam aktif menjadi relawan kemanusiaan. Ia kerap kali hadir pada bencana alam yang terjadi di Indonesia. Ketika itu, Ia hanya fokus mengurus anak-anak untuk menghibur, menguatkan, mendampingi agar mereka terarah.

“Biasanya tim penanggulangan bencana konsen untuk pemulihan korban dan anak ga ada yg pegang. Jadi mereka dicuekkin, gak terdidik,” ujar relawan yang pernah hadir di konflik Sampang Madura ini.

Menjadi pendongeng membuat Awam harus melewati proses panjang. Sebelumnya, Ia pernah bekerja di salah satu Bank Nasional. Namun, di PHK tahun 1998 karena krisis moneter. Tahun 1999, Ia beralih ke bidang IT sebagai penginstalasi jaringan bersamaan dengan mendongeng dan melatih drama di taman kanak-kanak.

Perjalanan tersebut mengantarkan Awam pada satu passion yang merupakan nalurinya yaitu mendongeng. Tahun 2008, Ia mulai diundang mendongeng ke berbagai daerah hingga mendirikan kampung dongeng di tahun 2009.

“Pendongeng profesional bukan ketika diundang dan berapa banyak uang yang di dapat, tetapi siapa yang bisa intens meluangkan waktunya untuk anak-anak,” tegasnya.

Awam menuturkan bahwa cara mendidik anak adalah besarnya kekuatan komunikasi antara anak dengan orang tua. Menurutnya, dongeng dapat membuat hubungan komunikasi keduanya terjalin dengan baik.
“Tidak ada anak yang bermasalah, semua istimewa. Kita sebagai orang tau yang harus melakukan pendekatan sedikit berbeda,” tutur Ayah 3 anak ini.

Saat ini Awam masih sibuk mendongeng, melakukan kegiatan rutin di kampung dongeng, serta mempersiapkan anak keduanya yang akan mengikuti pertunjukan kesenian drama musikal di Taman Ismail Marzuki pada 28 Februari 2016.

Ketika mendongeng, Awam lebih banyak mengarang cerita dongengnya sendiri yang banyak diambil dari kisah Nabi dan sahabatnya.

“Metode mendongeng adalah metode menyampaikan cerita dalam bentuk tutur. Aspek utamanya suara dan mimik,” kata kelahiran 18 Mei 1973 ini.

Ia menambahkan, pelajaran paling penting yang harus diajarkan kepada anak yaitu bersyukur. Mulailah dengan mencontohkannya seperti memperlakukan betapa berharganya dia.

“Rasulullah pun sering mencium anak dan cucunya, berkata bahwa mereka adalah wangi-wangi surga” tambahnya dengan logat dongeng khasnya. (ayu)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini