Bila mendengar sebutan China Benteng Tangerang atau akrab didengar Ciben mungkin hampir semua orang tahu. Namun tidak banyak yang tahu bahasa China Benteng itu memiliki sejarah sampai etnis China tersebut dipanggil China Benteng.
Salah satu Pria China Benteng Tangerang Oie Tjin Eng mengatakan etnis Cina Benteng bermula disebut dari masyarakat Tionghoa yang sekarang tinggal di kawasan Pecinan Tangerang.
Pada jaman itu etnis Cina menjadikan Banten tempat perdangangan, sehingga mereka sering mondar mandir melalui pelabuhan untuk mencari nafkah.
Namun penyebrangan etnis Tiongkok ini sempat terhenti semenjak Jan Pieterzoon Coen masuk, Pelabuhan Banten mulai ditutup dan diganti dengan Pelabuhan Sunda Kelapa.
Pada saat itu, JP Coen meminta kepada Souw Beng Kong, kapiten pertama China untuk mengerahkan orang-orang China agar mengisi seluruh wilayah Kota Batavia. Pada semasa perjalanan penyebaran masyarakat, mereka tidak semua pergi ke Kota Batavia, tapi menetap di Tangerang.
Karena memilih menetap di Tangerang tepatnya di Pasar Lama Kota Tangerang, maka saat itulah di Tangerang ada Benteng Makassar, mereka tinggal menetap di sekitar situ. Sehingga jadilah sebutan bagi mereka, yakni masyarakat China Benteng yang hingga saat ini terkenal.
Untuk mengenal Cina Benteng Tangerang, kebanyakan dari mereka asli peranakan mereka yang tinggal hampir 20 generasi. Sedangkan untuk masyarakat China Totok di Tangerang sudah mulai habis, karena China Totok sendiri sudah tergusur jaman dan hidupnya lebih dari 5-8 generasi.
“Masyarakat China totok sendiri masuk ke Indonesia sekitar akhir abad 19 sampai awal abad 20-an. Kawasan Pecinan Tangerang konon sudah dihuni orang China sejak abad ke-17,” kata Oey Tjie Eng salah satu warga China Benteng.
Oey Tjie Eng menjelaskan orang-orang China Benteng hidupnya sangat sederhana, biasanya tinggal di kampung seperti kawasan Pecinan Tangerang itu. Banyak pula masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan pedagang.
“Kawasan Pecinan Tangerang sudah berubah drastis. Tapi masih ada sisa-sisa bentuk rumah kuno yang bertengger di setiap gang-gang. Di sana terdapat pula gedung tua yang dijadikan sarang walet. Letaknya tak jauh dari jalan raya, dekat Sungai Cisadane,” tandasnya. (ES)